Dalam subsistem
tersebut,
sistem
informasi kesehatan menempati posisi yang cukup penting karena berfungsi
sebagai tulang punggung untuk mengumpulkan data,mengirimkan,mengelolah dan
menganalisis serta mepublikasikan informasi sekaligus memberikan umpan balik
kepada stakeholder di semua tingkatan.Ketersediaan data dan informasi
yang akurat,terjangkau dan tepat waktu merupakan syarat m,utlak pengambilan
keputusan manajemen ( evidencebased decision making ) untuk mendukung
upaya pencapaian tujuan SKN.
Menurut rencana
Pembangunan jangka Menengah Nasional ( RPJMN ) periode tahun 2005 – 2009 ,arah
kebijakan peningkatan kemapuan ilmu pengetahuan dan tehnologi di fokuskan pada
enam bidang prioritas yaitu :
1.
Pembangunan ketahanan pangan
2.
Penciptaan dan pemanfaatan sumber
energi baru dan terbarukan
3.
Pengembangan tehnologi dan manajemen
transportasi
4.
Pengembangan teknologi informasi dan
komunikasi
5.
Pengembangan teknologi pertahanan dan
6.
Pengembangan teknologi kesehatan dan
obat obatan
SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Suatu sistem
informasi terdiri dari data,manusia dan proses serta kombinasi perangkat
keras,perangkat lunak dan teknologi komunikasi .Penggunaan informasi terdiri
dari 3 tahap yaitu pemasukan data,pemrosesan,dan pengeluaran informan.
Sistem informasi kesehatan (SIK)
merupakan subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang berperan dalam
memberikan informasi untuk pengambilan keputusan di setiap jenjang administrasi
kesehatan baik di tingkat pusat, propinsi, kabupaten/kota atau bahkan pada
tingkat pelaksana teknis seperti rumah sakit ataupun puskesmas.
Dalam bidang kesehatan telah banyak
dikembangkan bentuk-bentuk system informasi kesehatan (SIK). Tujuan
dikembangkannya berbagai bentuk SIK tersebut adalah agar dapat mentransformasi
data yang tersedia melalui sistem pencatatan rutin maupun non rutin menjadi
sebuah informasi yang adequate untuk membantu pengambilan keputusan di bidang
kesehatan.
RUANG LINGKUP SIK
Terdiri dari
Pengelolahan Informasi dan struktur manajemen SIK,antara lain :
a.
Pengumpulan data
b.
Pengiriman data
c.
Pengolahan data
d.
Analisis data
e.
Presentasi informasi untuk perencanaan
dan manajemen.
KONSEP DASAR SISTEM
Definisi sistem berbeda-beda, tetapi
meskipun definisi bervariasi, mempunyai beberapa persyaratan umum, yaitu sistem
harus mempunyai komponen, lingkungan, interaksi antar komponen, interaksi
antara komponen dengan lingkungannya, dan harus mempunyai tujuan yang aka
Terdapat beberapa definisi sistem yaitu :
Gordon B. Davis ( 1984 ) :
“Sebuah sistem terdiri dari
bagian-bagian yang saling berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai
beberapa sasaran atau maksud “. Raymond Mcleod (2001) :
“Sistem adalah himpunan dari
unsur-unsur yang saling berkaitan sehingga membentuk suatu kesatuan yang utuh
dan terpadu“.
Sebuah sistem memiliki karakteristik tertentu, yaitu sebagai
berikut:
1. Memiliki sasaran atau tujuan
Suatu
sistem harus mempunyai tujuan atau sasaran. Kalau suatu system tidak mempunyai
sasaran, maka berjalanya sistem tidak akan ada gunanya. Sasaran dari sistem
sangat menentukan sekali masukan yang dibutuhkan sistem dan keluaran yang akan
dihasilkan sistem. Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau
tujuannya.
2. Berjenjang
Ø Elemen-elemen yang lebih kecil yang
disebut sub sistem, misalkan sistem puskesmas terdiri dari sub sistem pelayanan,
pendaftaran, rekam medis, apotik, dan sebagainya.
Ø Elemen-elemen yang lebih besar yang
disebut supra sistem.
Misalkan
supra sistem dari sub sistem di atas system pelayanan kesehatan.
3.
Adanya
unsur-unsur fungsional dan saling berhubungan secara teratur
Sebuah
system memiliki komponen-komponen yang masing-masing memiliki fungsi dan
komponen saling terkait serta berjalan secara sistematis dan teratur.
Di dalam suatu organisasi atau
institusi kesehatan, informasi memiliki arti yang sangat penting di dalam
mendukung proses pengambilan keputusan. Beberapa definsi mengenai informasi
antara lain:
Raymond Mcleod (2001) : “Informasi adalah data yang telah
diolah menjadi bentuk yang
memiliki arti bagi si penerima dan
bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau mendatang”
Secara umum informasi didefinisikan
sebagai hasil pengolahan data dalam bentuk yang lebih berarti bagi penerimanya
untuk pengambilan keputusan. Sumber dari informasi adalah data yang diolah
melalui suatu proses yang digunakan oleh penerima untuk pengambilan keputusan
sebagai dasar melakukan tindakan.
Ketersediaan informasi yang tepat,
cepat dan relevan sangat diperlukan. Untuk mendapatkan informasi yang
diinginkan tersebut harus menggunakan sistem informasi. Sistem informasi dalam
suatu organisasi termasuk institusi kesehatan dapat dikatakan sebagai suatu
sistem yang menyediakan informasi bagi semua
tingkatan dalam organisasi tersebut kapan saja diperlukan. Sistem informasi ini
berfungsi mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan mengkomunikasikan informasi
yang diterima. Menurut Mc leod (2001), sistem informasi didefinisikan:
“Sistem Informasi merupakan sistem
yang mempunyai kemampuan untuk mengumpulkan informasi dari
semua sumber dan menggunakan berbagai media untuk menampilkan informasi“
Sistem informasi harus mempunyai beberapa sifat seperti :
1.
Efektif. Hal ini berhubungan dengan
pemrosesan terhadap data yang masuk, pemakaian perangkat keras dan perangkat
lunak yang sesuai termasuk keamanan dan kelengkapan data.
2.
Keluwesan.
Sistem informasi hendaknya mampu
beradaptasi kemampuan lingkungan (fleksibilitas)
3. Kepuasan
pemakai. Hal yang
paling penting adalah pemakai mengetahui dan puas terhadap sistem informasi
(bermanfaat).
KOMPONEN SISTEM INFORMASI
Sistem informasi mempunyai enam buah komponen, yaitu :
1. Komponen input
atau masukan
Input
dalam sistem informasi adalah data termasuk masukan yang terlibat dalam
mengolah data seperti instrument, prosedur standar, perangkat lunak, dan
lain-lain.
2. Komponen proses
Tahapan
yang dilakukan untuk mengubah data menjadi informasi (transformasi), seperti
pemasukan, pengolahan, analisa data.
3. Komponen output
atau keluaran
Keluaran
dari sistem informasi adalah infomasi yang berkualitas yang berguna untuk semua
tingkatan manajemen dan semua pemakai sistem
4. Komponen pengendalian (control) dan
umpan balik (Feedback)
Mekanisme
pengendalian (control mechanism) diwujudkan dengan menggunakan umpan balik
(feedback) yang berdasarkan keluaran. Umpan balik ini digunakan untuk
mengendalikan komponen agar system berjalan sesuai dengan tujuan, misalnya
aturan/regulasi/SOP/waskat (pengawasan melekat).
5. Komponen
lingkungan (environment)
Segala
sesuatu yang berada di luar system. Lingkungan dapat berpengaruh terhadap
operasi system dapat bersifat merugikan dan menguntungkan.
Kelima komponen ini harus ada bersama-sama dan membentuk
satu kesatuan. Jika satu atau lebih komponen tersebut tidak ada, maka sistem
informasi tidak akan dapat melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan informasi
yang relevan, tepat waktu dan akurat.
Sistem informasi Kesehatan merupakan
suatu kesatuan prosesur yang terorganisir untuk menghasilkan informasi dalam
membuat keputusan yang berkaitan dengan manajemen pelayanan kesehatan di setiap
jenjang didefinisikan sebagai Sistem Informasi Kesehatan (Siregar, 1992;
Lippeveld, 2000; Hartono, 2000). Menurut WHO (2004): A system that integrates data collection,processing,
reporting, and use of the information necessary for improving health
service effectiveness and efficiency through better management at all
levels of health services.”
Sistem informasi kesehatan (SIK)
merupakan subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang berperan dalam
memberikan informasii untuk pengambilan keputusan di setiap jenjang
administrasi kesehatan baik ditingkat pusat, propinsi, kabupaten/kota atau
bahkan pada tingkat pelaksana teknis seperti rumah
sakit, puskesmas.
Bentuk-bentuk SIK terdiri dari:
1. Sistem Informasi
(SI) di fasilitas kesehatan:
· SI di Rumah Sakit
seperti Sistem Pencatatan dan Pelaporan RS (SP2RS)
· SI di Puskesmas,
seperti Sistem Pencatatan Pelaporan Puskesmas (SP3)
2. Sistem Informasi
di masyarakat:
· Pemantauan Wilayah
Setempat KIA,
· Surveillance
Tuberculosis
KONSEP DATA
Data merupakan bahan mentah dari
informasi. Data belum dapat bercerita banyak sehingga perlu diolah lebih lanjut
melalui suatu metode untuk menghasilkan informasi. Kata data berasal
dari Bahasa Latin. Kata asing tersebut bersifat jamak, yang bentuk tunggalnya
adalah datum. Sedangkan kata yang sudah diambil menjadi istilah dalam
Bahasa Indonesia adalah data, yang bermakna jamak tersebut. Dengan
demikian untuk menyebutkan angka-angka yang banyak dalam Bahasa Indonesia cukup
dengan kata ‘data’, dan tidak perlu dengan kata ‘data-data’.
Ditinjau dari jenis data dapat kita tentukan bermacam-macam
data antara lain:
a. Data kualitatif:
data yang
dalam bentuk kualitas seperti baik, sedang kurang, atau data berbentuk
pernyataan seperti terhadap KB (keluarga berencana) setuju, kurang setuju,
tidak setuju, atau data dalam bentuk kategori rendah, sedang, tinggi.
b. Data kuantitatif:
data dalam
bentuk bilangan (numerik) misal, jumlah pengunjung puskesmas per hari, berat
badan balita, tinggi badan ibu hamil, dll.
Sumber data kesehatan menurut sumbernya dapat dibedakan
menjadi, sebagai berikut:
v Data yang bersumber di masyarakat (Population
based), seperti sensus, registrasi,dan survei di masyarakat.
v Data yang bersumber di fasilitas
pelayanan kesehatan (Health services provision Based), seperti: Sedangkan
sumber data menurut sifatnya, dibedakan sebagai berikut: Data rutin, yaitu data
yang dikumpulkan secara periodik atau berkala seperti: SP2RS dan SP3 dan Data non rutin/ adhoc, yaitu
data yang dikumpulkan sesuai kebutuhan tidak dilakukan secara berskala.
KONSEP INDIKATOR
1.
Pengertian
indikator
Ada beberapa definisi indikator, diantaranya
sebagai berikut :
a.
Indikator
adalah variabel yang membantu kita dalam mengukur perubahan-perubahan yang
terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung (WHO, 1981)
b.
Indikator
adalah statistik dari hal normatif yang menjadi perhatian kita yang dapat
membantu kita dalam membuat penilaian ringkas, komprehensif dan berimbang
terhadap kondisi-kondisi atau aspekaspek penting dari suatu masyarakat
(Departemen kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika Serikat, 1969)
c.
Indikator
adalah variabel-variabel yang mengindikasikan atau memberi petunjuk kepada kita
tentang suatu kejadian tertentu, sehingga dapat digunakan untuk mengukur
perubahan (Green, 1992)
Dari
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa indicator kesehatan adalah variable
yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau status kesehatan dan
memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
dari waktu ke waktu.
Suatu
indicator tidak selalu menjelaskan kondisi kesehatan secara keseluruhan, tetapi
hanya memberi petunjuk (indikasi) tentang keadaan tersebut. Jadi indicator
bersifat proxy dari suatu kondisi tertentu. Misalnya cakupan kunjungan pertama
ibu hamil ke pelayanan kesehatan merupakan ukuran tidak langsung atau ukuran
proxy dari tingkat aksesibilitas ibu hamil.
Indikator
harus menjadi landasan untuk diambilnya tindakan, misalnya rendahnya cakupan K1
menjadi dasar untuk pihak Puskesmas maupun Dinas Kesehatan meningkatkan K1
salah satunya melalui upaya peningkatan kesadaran pada ibu hamil tentang
pentingnya pemeriksaan kehamilan. Ukuran Indikator sebaiknya bersifat
kuantitatif dan umumnya terdiri atas pembilang (numerator) dan penyebut
(denominator). Pembilang adalah jumlah kejadian yang diukur, sedangkan penyebut
adalah besarnya populasi sasaran berisiko dalam kejadian yang bersangkutan,
misalnya anak balita, ibu hamil, bayi baru lahir dan sebagainya. Indikator ini
sangat bermanfaat untuk memantau perubahan dari waktu ke waktu dan
membandingkan antar wilayah.
2.
Persyaratan
Indikator
Untuk
menetapkan indicator ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan, yang dikenal
dengan istilah SMART (Simple, Measurable, Atributable, Reliable, Timely) dengan
penjelasan sebagai berikut:
a. (S)IMPLE – yaitu SEDERHANA, artinya
indicator yang ditetapkan sedapat mungkin
sederhana dalam pengumpulan data maupun dalam rumus penghitungan untuk
mendapatkannya.
b. (M)EASURABLE—yaitu DAPAT DIUKUR,
artinya indicator yang ditetapkan harus menggambarkan informasinya dan
ukurannya, dengan demikian dapat digunakan untuk perbandingan antara satu tempat
dengan tempat yang lain atau antara suatu waktu dengan waktu lain. Kejelasan
pengukuran menentukan bagaimana cara mendapatkan datanya.
c. (A)TTRIBUTABLE—yaitu BERMANFAAT,
artinya indicator yang ditetapkan harus bermanfaat untuk pengambilan keputusan.
Ini berarti indicator harus merupakan operasionalisasi dari informasi yang
dibutuhkan.
d. (R)ELIABLE—yaitu DAPAT DIPERCAYA,
artinya indicator yang tetapkan harus didukung oleh pengumpulan data yang baik.
(T)IMELY—yaitu TEPAT WAKTU, artinya indicator yang ditetapkan harusnya dapat
didukung dengan pengumpulan, pengolahan serta penyajian informasi yang tepat
waktu ketika dibutuhkan dalam pengambilan keputusan.
Penetapan Indikator, perlu
mempertimbangkan beberapa hal sebagai sebagai berikut:
a.
Bermanfaat
artinya indikator dapat segera memperlihatkan tindakan yang diperlukan untuk
meningkatkan kinerja program
b.
Terjangkau
artinya indikator dapat disediakan dalam format dan waktu yang sesuai dengan
keperluan program
c.
Etis
artinya seluruh proses mulai dari pengumpulan data, pengelolaan sampai dengan
penyajian data untuk indikator bersifat etis yaitu memenuhi hak individu, dalam
hal kerahasiaan, kebebasan untuk memberikan keterangan (data) dan informed
consent, sehubungan dengan implikasi dari data di tengah-tengah masyarakat umum.
d.
Robust
artinya indikator tersebut memenuhi syarat ilmiah yaitu valid, reliabel,
spesifik dan sensitive
·
valid
artinya indikator tersebut dapat
mengukur situasi yang memang sedang dipelajari
·
reliabel
artinya hasil pengukurannya selalu
akurat dan konsisten
·
spesifik
artinya indikator tersebut dapat
secara khas mengidentifikasi situasi yang sedang dipelajari dan tidak
mengikutsertakan kasus-kasus lain yang sedang dipelajari
·
sensitif
artinya indikator tersebut mampu
memperlihatkan perubahan situasi yang sedang dipelajari
e.
Mewakili
artinya indikator dapat mencakup seluruh komponen atau kelompok masyarakat yang
menjadi sasaran program
f.
Dimengerti
artinya indikator dapat dengan mudah dimengerti dan disimpulkan oleh pelaku
program.
3.
Jenis
indikator
Menurut jenisnya indicator dibedakan
menjadi 4, yaitu
a. Indikator yang diukur dalam bentuk
absolute ,Indikator
berbentuk absolute adalah indicator dalam bentuk jumlah dari suatu kejadian,
contohnya jumlah kasus kematian ibu
b. Indikator yang diukur dalam bentuk
proporsi Indikator berbentuk proporsi adalah indicator yang bangun oleh
pembilang dan penyebut, biasanya dinyatakan dalam persen, contohnya persentase
pemakaian kontrasepsi yang dihitung dari jumlah pemakai kontrasepsi
dibandingkan dengan Pasangan Usia Subur (PUS) dikalikan 100 persen
c. Indikator yang diukur dalam bentuk
rasio Indikator yang menunjukan suatu nilai yang didapat dengan membagi suatu
nilai dengan nilai yang lain. Nilai numerator (pembilang) boleh berbeda dari
nilai denominator (penyebut) atau denominator tidak memuat numerator, contohnya
rasio jumlah bidan terhadap jumlah penduduk.
d. Indikator yang diukur dalam bentuk
rate Indikator yang menunjukkan frekuensi dari suatu kejadian selama periode
waktu tertentu biasnya dinyatakan dalam bentuk per 1000 atau per 100.000
populasi yang dikenal dengan konstanta (k). Contohnya jumlah kematian kasarper
1000 penduduk
Bentuk
Indikator dapat berupa :
-
Jumlah
-
Proporsi
-
Rasio
- Rate
PENGOLAHAN
DAN ANALISIS DATA SURVEI
Pengolahan dan analisis data survei
yang akan diuraikan dalam modul ini adalah data survei tentang “Pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan dan faktor-faktor yang berhubungan”. Survei
ini dilakukan untuk mengetahui berapa angka pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan pada suatu kabupaten? dan faktor apa
saja yang berhubungan dengan pemilihan pertolongan persalinan? pengolahan dan analisa data survei dengan menggunakan
perangkat lunak yang sangat sederhana dan
gratis menggunakan EpiData. EpiData merupakan program pengolahan dan
analisis data yang merupakan pengembangan dari EpiInfo yang program aplikasinya
dapat didownload dengan gratis di www.epidata.dk.
Pada umumnya, program komputer untuk
pengelolaan data yang sering digunakan adalah dBase, Foxpro, dan Acces karena
mempunyai fasilitas untuk dapat diprogram sesuai keinginan kita. Namun, tidak
semua orang mampu menggunakan program tersebut untuk pengelolaan data, karena
untuk penggunaannya membutuhkan pengetahuan dasar yang cukup tentang
pemrograman komputer.
Berbeda halnya dengan EpiData, semua orang bisa
menggunakannya dengan mudah dan cepat tanpa memerlukan pengetahuan dasar
tentang pemograman komputer.
Analisa Data pada modul ini menggunakan program
EpiData-Statistic.
Analisa yang akan diuraikan terbatas pada analisa deskriptif
(univariat) dan hubungan antara dua variabel (Uji Statistik Bivariat). Proses
pengolahan data survei ini dibagi menjadi beberapa langkah yang akan diuraikan
secara rinci dalam penyajian berikut ini, yaitu:
1)
Install
EpiData,
2)
Membuat
Program Template,
3)
Membuat
Program Checks,
4)
Memasukkan
Data (Enter Data),
5)
Install
EpiDataStatistik (Analisis),
6)
Analisis
Data Deskriptif,
7)
Analisis
Data Uji-Statistik,
DAFTAR PUSTAKA
WHO. 2004. Developing health management information
systems: a practical guide for developing countries Siregar, Kemal N. Pedoman
Pengajaran Sistem Informasi Kesehatan,
1992;
Lippeveld, Health Information System, 2000;
Hartono, Sistem Informasi Kesehatan, 2000
Gordon, Health Information System, 1994
Mc leod,
Analysis and Information System Design, 2001
Tidak ada komentar:
Posting Komentar