Sabtu, 16 November 2013

Remunerasi Tenaga Kesehatan harus serius

Remunerasi Tenaga Kesehatan: Perawat, Bidan, Analis, Nutrisionis dan Kesling di Puskesmas


Kita sebagai tenaga kesehatan patut bersedih, sebagai tenaga yang bekerja tanpa mengenal waktu dan keadaan, ada topan kita berangkat untuk menyalamatkan korban ada pesta kita berangkat untuk standby, ada lebaran atau natal yang seharusnya berkumpul dengan keluarga kita berangkat untuk jaga posko 24 jam, ada bencana kita juga berangkat, terus apa yang kita dapat..........? Berkah dari yang Maha Kuasa....?  kita mau hidup juga Men ! tidak cuma butuh berkah, tapi juga butuh kesejahteraan serta penghargaan.


Kita lihat profesi lain seperti TNI / POLRI kita semua tahu tugas-tugas berat beliau memang patut dihargai dan layak untuk di berikan REMUNERASI serta Penghargaan yang setingginya terlepas dari sifat-sifat "oknum" yang masih nyeper kesana kemari itu tanggung jawab atasan dan pimpinan tertinggi bagaimana meminimalisir kejadian-kejadian dimedia yang marak dilakukan TNI/POLRI.

Guru juga salah satu dari sekian profesi yang mendapatkan REMUNERASI, tanpa melihat hasil apa yang di persembahkan oleh guru setelah mendapatkan REMUNERASI terhadap mutu pendidikan kita, tenaga kesehatan sangat dan sungguh patut untuk mendapatkan REMUNERASI kalau tidak mau pemerintah dikatakan "melanggar rasa keadilan" kepada tenaga kesehatan.

Mendengar tenaga kesehatan orang awam pasti melirik kepada rofesi DOKTER, yang kaya bermobil mewah dan gampang cari uang, sekali tutul dengan stetocup Rp. 50.000-200.000 padahal tenaga kesehatan itu ada 19 profesi salah satunya Perawat yang kata orang agak melas / nelongso karena banyak yang jadi pengangguran setelah lulus dan yang tua tidak naik-naik jabatan maupun golongannya.

Hebatnya lagi,  berita terbaru pada bulan September 2013  DPR RI sudah menyetujui remunerasi Kementerian PU, Perhubungan, PDT, BMKG dan BaSARnas, Loh.......Lalu..... kapan Tenaga Kesehatan di Puskesmas juga di remunerasi ? Padahal disadari atau tidak bahwa kesuksesan program Kesehatan di Indonesia karena peluh keringat tenaga kesehatan Puskesmas, terlebih lagi dalam rangka menghadapi pelaksanaan SJSN-JKN mulai 1 Januari 2014.

Tenaga kesehatan memang layak diberikan REMUNERASI karena dedikasi dan pengabdianya yang tidak mengenal waktu dan tempat dan dalam hal ini Perawat dan Bidan sudah banyak membantu program pemerintah dalam menyehatkan serta mengurangi kematian dll, serta hampir semua program kesehatan masyarakat terutama di pedesaan Perawat dan Bidanlah yang pontang-panting untuk menyukseskan program tersebut,

Mungkin kesalahan terbesar Tenaga Kesehatan adalah tidak bisa bermain POLITIK, benarkah..? ataukah terlalu sibuk dengan pengabdian dan Barokah illahi? kita lihat saja Guru kita, sekarang sudah merambah di semua lini. dari Mentri, Gubernur, sampai ketua RT pak guru maupun ibu guru ada disitu...

Memang negara kita di bentuk dengan politik tapi seharusnya hati nurani juga tidak ikut berpolitik makanya jadinya seperti ini.....

Minggu, 13 Oktober 2013

Profil Puskesmas Onembute Kab.Konawe Tahun 2012


A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting dalam tahapan hidup manusia. Dengan kondisi yang sehat, manusia dapat melakukan aktivitas sehari – harinya dengan baik, tanpa terganggu oleh kesehatan tubuh yang kurang optimal. Masyarakat di Indonesia masih terbilang terbelakang dalam hal menjaga kesehatan, mereka masih kurang menyadari akan pentingnya untuk menjaga kesehtan diri, keluarga dan lingkungannya, yaitu memahami akan pentingnya promotiv dan preventif atau lebih kita kenal dengan lebih baik mencegah daripada mengobati. Dengan kurangnya kesadaran tersebut mengakibatkan masyarakat di Indonesia terutama masyarakat  awam sangatlah mudah untuk terjangkit penyakit. Melihat semua masalah kesehatan tersebut, perlu adanya perbaikan dibidang kesehatan. Untuk itu, sangatlah perlu terselengaranya berbagai upaya kesehatan, baik upaya kesehatan  perorangan maupun upaya kesehatan masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan. Yang hal tersebut merupakan salah satu fungsi dari Puskesmas, sehingga untuk memperbaiki kesehatan masyarakat tersebut,  perlu ditunjang oleh manajemen Puskesmas yang baik agar Puskesmas benar-benar berfungsi sesuai dengan tugasnya.
Puskesmas adalah salah satu unit pelaksanan fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat kinerja kesehatan tingkat pertama yang memberikan kinerja kesehatan yang bersifat dasar, serta menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan pada masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu, Puskesmas mempunyai misi memberikan kinerja kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang tugasnya adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna.
Puskesmas Onembute merupakan organisasi struktural dan sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kab. Konawe, aspek fungsional bidang pelayanan kesehatan masyarakat yang merupakan unit pelaksana pelayanan kesehatan masyarakat tingkat yang dibina oleh DKK, bertanggung jawab untuk melaksanakan identifikasi kondisi masalah kesehatan masyarakat dan lingkungan serta fasilitas pelayanan kesehatan meliputi cakupan, mutu pelayanan, identifikasi mutu sumber daya manusia dan provider, serta menetapkan kegiatan untuk menyelesaikan masalah.




B. Tujuan
1. Penyusunan Profil Puskesmas Onembute adalah untuk memberikan gambaran tentang  keberadaan derajat kesehatan yang mencakup Wilayah Kerja Puseksmas Onembute.
2. Untuk memenuhi kebutuhan data dan informasi yang siap, mudah diperoleh, mudah dipahami, relevan, bermanfaat, akurat dan konsisten di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe
3. Merupakan pelaksanaan salah satu tupoksi Puskesmas Onembute dalam mengukur indikator keberhasilan kinerja selama 1 (satu) tahun.

C. Visi, Misi Dan Fungsi
 Dengan berpedoman pada kegiatan pokok yang dilengkapi dengan adanya kegiatan tambahan dan inovatif diharapkan Puskesmas mampu memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Disamping itu semua kegiatan akan lebih terancana, lengkap, akurat dan saling terkait sehingga mutu pelayanan Puskesmas akan meningkat dan mampu memenuhi tuntutan masyarakat, sesuai visi dan misi Puskesmas.

1. Visi
Menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Dasar yang merata dan berkualitas untuk mewujudkan Kecamatan Onembute Sehat.

2. Misi
a) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu dan terjangkau oleh seluruh masyarakat.
b) Meningkatkan Profesionalisme Sumber Daya Manusia dalam melaksanakan pelayanan kesehatan.
c) Meningkatkan Pembinaan Peran Serta Masyarakat dalam bidang kesehatan.
d) Sebagai pusat pengembangan dalam pembangunan kesehatan masyarakat.
e) Menjalin kemitraan dengan semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan dan pengembangan kesehatan masyarakat.

3. Fungsi
a. Pusat Penggerak Pembangunan berwawasan Kesehatan
Memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektoral termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerja Puskesmas Onembute, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu Puskesmas Onembute aktif membantu dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan upaya yang dilakukan oleh Puskesmas Onembute adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

b. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan, mengerakkan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khsusnya sosial budaya masyarakat setempat.

c. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama serta menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab meliputi ; pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Dalam Kepmenkes 128 Tahun 2004 terdapat 17 upaya kesehatan di Puskesmas, 14 kegiatan diantaranya telah dilaksanakan di Puskesmas Onembute, yaitu ;
Usaha pelayanan kesehatan rawat jalan,
Usaha kesejahteraan ibu dan anak,
Usaha keluarga berencana (KB),
Usaha kesehatan gigi,
Usaha kesehatan gizi,
Usaha kesehatan sekolah,
Usaha kesehatan lingkungan,
Usaha pendidikan dan promosi kesehatan,
Usaha perawatan kesehatan masyarakat,
Usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit menular,
Usaha kesehatan lanjut usia,
Usaha kesehatan kerja,
Usaha pencatatan dan pelaporan,
Usaha laboratorium kesehatan masyarakat.





D. Sistematika Penyusunan

Buku Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Onembute Tahun 2010 ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab I     Pendahuluan
Menguraikan tentang latar belakang penyusunan profil Puskesmas Onembute Tahun 2012, Visi , Misi, Fungsi, serta sistematikan penulisan.

BAB II Gambaran Umum
Menguraikan tentang Indikator Kesehatan keadaan geografis dan Pemerintahan Kecamatan  termasuk keadaan penduduk, sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang tersedia, termasuk keadaan sarana pelayanan kesehatan yang tersedia.

BAB III Indikator Derajat Kesehatan
Menguraikan tentang Indikator Derajat Kesehatan, Upaya kesehatan, Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan, Perilaku hidup masyarakat,  sumber daya kesehatan, pembiayaan kesehatan.

Bab IV Penutup
Menguraikan tentang beberapa hal dalam penyusunan buku profil Puskesmas Tahun 2012.

Lampiran
Pada lampiran ini berisi tabel data pendukung dari apa yang telah diuraikan dalam                       Bab II dan III.  Selain dalam bentuk buku, secara singkat Profil Kesehatan Puskesmas Onembute ini dapat juga diakses melalui website Puskesmas Onembute. dengan alamat http://pkmonembute.blogspot.com dan untuk menghubungi kami dapat dilakukan melalui email  husenkonawe@gmail.com




A. Geografis

1. Letak dan Batas Wilayah
 Kecamatan Onembute merupakan salah satu dari 30 kecamatan yang ada di Kabupaten Konawe terdiri dari 10 desa dengan 30 dusun. Secara geografis Kecamatan Onembute tergolong dataran dengan topografi datar dan berbukit. Apabila dilihat dari peta Kabupaten Konawe, maka Kecamatan Onembute terletak di bagian Selatan.
Adapun letak geografisnya adalah antara 121º54’35”BT – 122º60’20”BT dan  4º1’45”LS – 4º5’40”LS   dengan batas – batas sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Lambuya,
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Puriala,
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan,
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kolaka Timur

2. Luas Wilayah
 Kecamatan Onembute memiliki luas wilayah sebesar 99,10 Km2 atau 1,48 persen dari luas Kabupaten Konawe. Desa terluas adalah Desa Trimulya dengan luas 17,80 Km2 atau 17,96 persen dari luas seluruh Kecamatan Onembute, adapun Desa Onembute merupakan desa dengan luas wilayah terkecil yaitu 2,00 Km2 atau 2,02 persen.

3. Jumlah Desa/Kelurahan
NO Desa LUAS JUMLAH JUMLAH PENDUDUK
WILAYAH DESA KEL DESA+KEL.
(km2)
1 Onembute 2,00 - 1 1 618
2 Kumapo 13,80 1 - 1 822
3 Trimulya 17,80 1 - 1 520
4 Kasumeia 4,00 1 - 1 613
5 Napoosi 5,00 1 - 1 1.077
6 Silea 7,50 1 - 1 506
7 Ulumeraka 13,70 1 - 1 608
8 Mataiwoi 16,00 1 - 1 799
9 Tawapandere 7,33 1 - 1 306
10 Ulu Onembute 12,00 1 - 1 376
Jumlah 99,10 9 1 10 6.245
   Sumber : . Data Umum Pusk. Onembute Tahun 2012
B. Demografi

Berdasarkan data BPS tahun 2012, jumlah penduduk Kecamatan Onembute pada tahun 2012 sebanyak 6.245 jiwa, dengan kepadatan penduduk 63 jiwa per kilometer.
Jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan yaitu laki – laki 3.215 orang dan penduduk perempuan sebanyak 3.030 orang. Rasio jenis kelamin atau sex ratio Kecamatan Onembute adalah 106,10 artinya jika terdapat 100 penduduk perempuan maka terdapat 106 penduduk laki – laki. Penduduk terbanyak di desa Napoosi dengan 1.077 jiwa dan paling sedikit di Desa Tawapandere dengan 306 jiwa.

Tabel 2
JUMLAH DAN KEADAAN PENDUDUK PER DESA
TAHUN 2012
No NAMA DESA JUMLAH KK JUMLAH PENDUDUK JUMLAH RUMAH
L P Jumlah

1 Onembute 277 318 300 618 223
2 Kumapo 211 423 399 822 160
3 Trimulya 161 268 252 520 135
4 Kasumeia 155 316 297 613 131
5 Napoosi 325 553 524 1.077 266
6 Silea 166 260 246 506 134
7 Ulumeraka 145 313 295 608 124
8 Mataiwoi 270 412 387 799 197
9 Tawapandere 119 158 148 306 86
10 Ulu Onembute 102 194 182 376 68
  JUMLAH 1.931 3.215 3.030 6.245 1.524

Sumber : Profil Desa





C. Pendidikan
Sarana pendidikan yang ada di Kecamatan Onembute terdiri dari  tingkat Taman Kanak-Kanak ( TK ) 5 buah, SD / MI  9 buah, SMP / MTs 3 buah, dan SMK 1 buah. Data penyebaran Sarana Pendidikan tiap desa sebagai berikut :

Tabel 3
Data Sarana Pendidikan Menurut Desa
Di Kecamatan Onembute  Tahun 2012

No
Tingkat
Pendidikan Nama Desa J u m l a h
Onembute TriMulya Naposi Silea Ulu Meraka MataIwoi Kumapo Kasumeia Tawapandere Ulu Onembute
1 TK/Sederajat - 1 1 - 1 1 1 - - - 5
2 SD/Sederajat 2 1 2 1 - 2 1 - - - 9
3 SMP/Sederajat 1 - 1 - 1 - - - - - 3
4 SMA/Sederajat - - - - - - 1 - - - 1
5 PT/Sederajat - - - - - - - - - - -

Sumber : Profil Desa


D. Sosial Ekonomi
Sebagian besar penduduk adalah petani dan pekebun. Mata pencaharian lainnya adalah pedagang, buruh dan PNS/ABRI.
Dari 1.931 Kepala Keluarga yang ada di Kecamatan Onembute terdapat 1.228 Kepala Keluarga ( 64% ) tergolong miskin yang terdiri dari 4.659 jiwa dan telah memiliki Kartu JAMKESMAS. Sedangkan yang miskin mendadak tidak dapat diprediksi karena bisa muncul sewaktu-waktu. Saat tertimpa penyakit yang memerlukan rawat inap di Rumah Sakit masyarakat meminta SKTM kepada Kepala Desa. Selama tahun 2012 tercatat 37 orang pasien yang dirujuk rawat inap di Rumah Sakit  harus dibuatkan Kartu Permata, sehingga kedepan perlu ditinjau lagi kebijakan program kesehatan bagi masyarakat miskin. Apakah masih tetap menggunakan kata “miskin” atau tidak, karena pada kenyataannya orang jadi mendadak miskin jika harus dirujuk di Rumah Sakit.
Data jumlah KK dan penduduk miskin tiap desa digambarkan dalam   tabel 4 berikut ini :


Tabel 4
Data Jumlah Kepala Keluarga dan Penduduk Miskin Tiap Desa
Di Kecamatan Onembute Tahun 2012

NO. NAMA DESA JUMLAH PDDK JML PDDK JML KK JML KK
SELURUHNYA MISKIN SELURUHNYA MISKIN
1 Onembute 618 423 174 102
2 Kumapo 822 633 189 117
3 Trimulya 520 324 162 107
4 Kasumeia 613 471 154 115
5 Napoosi 1.077 822 283 217
6 Silea 506 328 138 94
7 Ulumeraka 608 525 154 133
8 Mataiwoi 799 510 234 182
9 Tawapandere 306 256 89 64
10 Ulu Onembute 376 367 101 97
  J U M L A H 6.245 4.659 1.678 1.228

Sumber : Profil Desa




























A. Derajat Kesehatan

A.1. Mortalitas (Angka Kematian)

1. Angka  Kematian Bayi Per-1.000 Kelahiran Hidup
 
Angka kematian bayi adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Indikator ini terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan tempat tinggal anak-anak termasuk pemeliharaan kesehatannya. AKB relevan di gunakan untuk memonitor pencapaian target program karena mewakili komponen penting pada kematian bayi.
Untuk jumlah kematian bayi di Puskesmas Onembute tahun 2012 sebanyak 1 bayi dari 121 kelahiran.  Hal ini terjadi penurunan yang sangat signifikan jika dibandingkan AKB tahun 2011, 2010 dan 2009 yang masing-masing sebesar 17, 15, dan 7 bayi per 1000 kelahiran hidup, selengkapnya disajikan pada Gambar berikut :


Sumber : Program KIA Pusk.Onembute Tahun 2012





2. Angka Kematian Balita Per-1.000 Kelahiran Hidup

Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang diahirkan pada tahun tertentu dan meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun, dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit menular dan kecelakaan, indikator ini menggambarkan tingkat kesejahteraan sosial dalam arti besar dan tingkat kemiskinan penduduk serta kerap untuk mengidentifikasi terjadinya kesulitan ekonomi penduduk. Adapun nilai nominatif AKABA yakni lebih besar dari 140 tergolong sangat tinggi, antara 71-140 sedang dan kurang dari 71 rendah. Jumlah kematian balita menurut desa di wilayah kerja Puskesmas Onembute tahun 2012, di laporkan sebanyak 2  kasus (8,3%).

3. Angka Kematian Ibu
   Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya ibu yang meninggal dari suatu penyebab kematian, melahirkan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) per 100.000 kelahiran hidup. AKI berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas. Untuk mengantisipasi masa ini maka dilakukan terobosan-terobosan untuk mengurangi peran dukun dan meningkatkan peran bidan. Harapan kita agar benar-benar bidan di desa sebagai ujung tombak dalam rangka menurunkan AKB (IMR) dan AKI (MMR).
   Jumlah Ibu Hamil yang ada di Puskesmas Onembute sebanyak 165 pada tahun 2012, hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah ibu hamil jika dibandingkan pada tahun 2011 dan 2010 yang masing-masing sebanyak 118 bumil.
   Jumlah kasus kematian ibu maternal di Puskesmas Onembute sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 tidak ada kasus kematian ibu. Menelaah AKI di Kabupaten Konawe terjadi peningkatan dari tahun sebelumnya (2010) yaitu 4 per 100.000 kelahiran hidup. Tetapi masih jauh lebih rendah dari AKI nasional sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup, penyebab dari ke 10 ibu yang meninggal disebabkan karena infeksi dan pendarahan pada saat melahirkan.

4. Angka Kecelakaan Lalulintas per-100.000 Penduduk
   Angka Kecelakaan Lalu-lintas yang didapat juga merupakan hasil estimasi dari kegiatan pemantauan petugas kesehatan yang ada di Puskesmas Onembute. Estimasi angka KLL berdasarkan pengumpulan data di Puskesmas. Angka KLL pada tahun 2012 terlaporkan sebanyak 47 kasus.
A.2.   Morbiditas (Angka Kesakitan)
1. Angka “Acute Flaccid Paralysis” (AFP) pada Anak Usia  < 15 Tahun per-100.000 Anak
Hasil pemeriksaan virologis dan klinis akan menjadi bukti yang syah dan meyakinkan apakah semua kasus AFP yang terjaring termasuk kasus polio atau tidak, sehingga dapat diketahui apakah masih ada polio liar di masyarakat. Secara statistik jumlah penderita kelumpuhan AFP diperkirakan yang terjadi di Kabupaten Konawe Pada Tahun 2012 tidak ditemukan kasus AFP diantara 100.000 anak usia <15 tahun.
Dari hasil pengumpulan data pada Bidang P2 Puskesmas Onembute menunjukkan bahwa tidak ada penemuan kasus AFP tahun 2012.

2. Angka Penderita TB Paru (BTA +)
Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Menurut hasil Surkesnas 2001, TB Paru menempati urutan ke 3 penyebab kematian umum (9,4%), selain menyerang paru, Tuberculosis dapat menyerang organ lain (extra pulmonary).
Pencapaian program penanggulangan TB Paru di Puskesmas Onembute pada tahun 2012 menunjukkan bahwa jumlah Case Detection Rate TBC (BTA+) target 13 penderita, diobati 8 penderita, pencapaian kesembuhan pengobatan cure rate TBC sebesar  penderita (37,5%).
Selengkapnya angka penemuan kasus TB Paru BTA (+) di Puskesmas Onembute terlihat pada  grafik 2. Berikut :


Sumber : Program P2P Pusk.Onembute Tahun 2012
3. Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani.
      Pneumonia merupakan penyebab kematian pada balita dengan peringkat pertama hasil dari Surkesnas 2001. Upaya dalam rangka pemberantasan penyakit infeksi saluran pernapasan akut lebih difokuskan pada upaya penemuan dini dan tatalaksana kasus yang cepat dan tepat terhadap penderita pnemonia balita yang ditemukan.
Hasil pencatatan dan pelaporan programer di Puskesmas Onembute tahun 2012 diketahui bahwa tidak ada kasus pneumoni pada balita.
Angka penemuan pneumonia balita yang cenderung selalu tinggi di Kabupaten Konawe merupakan dilema yang merupakan pekerjaan rumah yang harus difikirkan, sehingga masalah Pneumonia ini sering mendapat intervensi dan sorotan dari Dinas Kesehatan Provinsi Sultra yang secara input maupun proses jelas jauh lebih baik dibandingkan dengan Kabupaten lain yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara

4. Prevalensi Kasus HIV/AIDS Ditangani.
       Perkembangan penyakit HIV/AIDS terus menunjukkan peningkatan, meskipun berbagai upaya penanggulangan terus dilakukan. Semakin tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya sentra pembangunan ekonomi di Indonesia, meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman dan meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui suntikan, secara simultan telah memperbesar tingkat risiko penyebaran HIV/AIDS.
Untuk Puskesmas Onembute sampai saat ini tidak menemukan kasus penderita HIV AIDS. Keberadaan penderita HIV AIDS bagaikan fenomena gunung es, dimana jumlah penderita yang ditemukan jauh lebih sedikit dari penderita sebenarnya yang ada. Sehingga tidak menutup kemungkinan jumlah penderita HIV/AIDS di Kecamatan Onembute yang akan datang akan ditemukan seiring dengan semakin pesatnya jumlah penduduk dan banyaknya arus urbanisasi dan migrasi dari daerah lain.

5. Persentase Infeksi Menular Seksual Diobati
      IMS di Puskesmas Onembute sampai saat ini tidak ada kasus yang ditemukan. Penemuan kasus IMS ini merupakan dilema di masyarakat karena di duga masih banyak masyarakat yang pernah menderita penyakit IMS hanya enggan untuk melaporkan ke petugas kesehatan. Untuk mengantisipasi hal tersebut Puskesmas Onembute dalam hal ini programer P2P memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang pernah menderita penyakit menular ini atau di duga menderita penyakit IMS tidak segan dan malu untuk memeriksakan diri di pusat kesehatan masyarakat.



6. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per-100.000 Penduduk.

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan saat ini. Namun Prevalensi kejadian DBD untuk Puskesmas Onembute sendiri sejak tahun 2009 s/d 2012  tidak di temukan kasus DBD. Hal ini dimungkinkan karena kesadaran masyarakat dalam mengelola lingkungan perumahan sudah cukup baik. Namun demikian Puskesmas Onembute terus melakukan upaya-upaya pencegahan untuk memerangi DBD ini terus dilakukan melalui upaya: abatesasi, penyebaran pamflet, serta penyuluhan individu.
7. Persentase Balita dengan Diare Ditangani.
Penyakit diare masih merupakan salah satu penyebab kematian bayi dan balita, Jumlah kasus diare pada balita di Puskesmas Onembute pada tahun 2012 yang dilaporkan adalah sebesar  104 kasus atau 17 per 1000 penduduk masih jauh dari angka nasional.
Selengkapnya angka angka kejadian diare pada balita di Puskesmas Onembute tahun 2009-2010 terlihat pada  grafik 3. Berikut :

Sumber : Program P2P Pusk.Onembute Tahun 2012

       Jika melihat grafik. 3 diatas menunjukkan bahwa angka ini terus mengalami penurunan jika dibandingkan dengan 3 (tiga) tahun sebelumnya. Namun demikian upaya-upaya untuk mengantisipasi meningkatnya kasus diare pada tahun berikutnya terus dilakukan, hal ini telah menjadi perhatian dan telah dilakukan penanganan secara khusus oleh petugas kesehatan yang ada di Puskesmas sehingga diharapkan adanya peran serta dan kesadaran dari masyarakat untuk ikut menjaga kesehatan lingkungan untuk mencegah terjadinya wabah diare.

8. Angka Kesakitan Malaria per-1.000 penduduk
      Penyakit Malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, dimana perkembangan penyakit Malaria ini dipantau melalui Annual Parasite Incidence (API). Menurut pencatatan laporan programer malaria menunjukkan jumlah kasus klinis malaria di Puskesmas Onembute  tahun 2012 tercatat 29 orang, meskipun hasil pemeriksaan laboratorium tidak mengidindikasikan adanya penderita yang positif menderita malaria, namun untuk mengantisipasi hal tersebut, Puskesmas Onembute khususnya yang menangani Program Malaria telah melakukan langkah-langkah pencegahan yaitu ; 1) penyuluhan dan  sosialisasi kepada masyarakat cara penanggulangan wabah malaria, 2) pembagian kelambu, 3) bekerja sama dengan lintas program Kesling dalam pemberian Abate.

9. Persentase Penyakit Filaria Ditangani.
Program eliminasi filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan global WHO tahun 2000 yaitu ’The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem The Year 2020”. Di Puskesmas Onembute sepanjang tahun 2012 tidak ditemukan kasus filariasis.
Upaya pencegahan dan pemberantasan Filariasis di Puskesmas Onembute terus dilaksanakan dengan langkah pengambilan sampel untuk dilaksanakan pemeriksaan dan tindakan pengobatan.

10. Persentase Penyakit Kusta Ditangani
Dari hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa jumlah penyakit kusta di Puskesmas Onembute pada tahun 2012 tercatat 1 orang, persentase RFT 1,6 %.
Dalam menentukan jumlah penderita kusta selesai berobat  dengan menggunakan kohort, karena karena pengobatan kusta membutuhkan waktu yang lama sehingga penderita baru tahun 2010 baru selesai pengobatan di tahun 2012. Apabila hasilnya kurang dari 100%, hal ini menunjukkan bahwa penderita tersebut belum selesai berobat karena ditemukan tidak pada awal tahun (khususnya MB) atau hilang, pindah, dan mati.

11. Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Menular

a. Campak
           Penyakit campak merupakan pembunuh No. 1 di antara 6 penyakit (PD3I) yang disebabkan oleh virus. Diprkirakan di negara yang sedang berkembang terdapat 67 juta kasus tiap tahun dan 2 juta di antaranya meninggal. Dalam tahun 1983 dilaporkan kasus sebanyak 3,1 juta dari 148 negara. Campak menular melalui kontak perorangan dengan penderita. Di Puskesmas Onembute pada tahun 2012 tidak di temukan adanya kasus campak seperti tahun-tahun sebelumnya.
b. Difteri
Difteri disebabkan oleh C. diphteriae, sering timbul di negara dengan keadaan kesehatan lingkungan tidak baik; jarang timbul di negara-negara industri. Dalam tahun 1983 dilaporkan 46.800 kasus di 160 negara, kira-kira 10% diantaranya meninggal dunia. Penderita dapat menulari orang lain melalui kontak perorangan.  Di Puskesmas Onembute pada tahun 2012 tidak menemukan adanya kasus Difteri.
c. Batuk Rejan (Pertusis)
Kematian karena pertusis, 50% terjadi pada bayi (umur < 1 tahun). Pertusis ditularkan melalui kontak dari orang ke orang, dan penderita dapat menularkan penyakit sejak timbulnya gejala awal."Masa inkubasi penyakit 6 ¬– 12 hari.
Gejala awal pertusis menyerupai influensa, yakni pilek, bersin-bersin, batuk dan demam (stadium catarrhalis) kemudian diikuti stadium spasmodik dan konvalesen.
Puskesmas Onembute pada tahun 2012 tidak menemukan adanya kasus Pertusis.
d. Tetanus
Kasus tetanus di dunia diperkirakan mengenai 800.000 bayi yang lahir setiap tahun. Dalam tahun 1983 dilaporkan 10.000 tetanus neonatorum dari 74 negara. Hampir 100% bayi yang menderita tetanus neonatorum, meninggal dunia. Penyakit tetanus ditandai dengan kejang-kejang yang berkembang ke seluruh wbuh. Saat ini hanya ± 14% ibu hamil di dunia ini yang mendapatkan imunisasi TT dua dosis. Puskesmas Onembute pada tahun 2012 tidak menemukan adanya kasus Tetanus.
e. Poliomylitis
Penyakit Polio disebabkan oleh virus yang dibedakan menjadi 3 jenis, yakni virus 1, 2 dan 3. Diperkirakan 275.000 anak-anak di negaja-negara sedang berkembang menderita polio paralitik setiap tahun sebelum mencapai usia 3 tahun. Polio merupakan penyebab utama kelumpuhan di dunia. Pada tahun 1983 dilaporkan 36.400 kasus dari 170 negara.
Gejala polio meliputi antara lain: demam, talc enak badan, sakit tenggorokan, mual-mual, diare, sakit kepala, leher kaku, sakit otot di anggota badan dan punggung dan paralisis. Satu dari 200 penderita akan mengalami paralisis. Imunisasi diberikan secara oral dengan vaksin polio OPV. Hanya + 48 % anak-anak di dunia mendapatkan imunisasi lengkap.
Puskesmas Onembute pada tahun 2012 tidak menemukan adanya kasus Polio.


A.3. Status Gizi

1. Persentase Kunjungan Neonatus
Neonatus adalah Bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar >7 dan tanpa cacat bawaan.
Hasil pencatatan KIA Puskesmas Onembute pada tahun 2012, jumlah Kunjungan Neonatus 0 – 7 hari sebanyak 120 ( 100% ) dan  KN 8-28 hari sebanyak 117 (97,5%).

2. Persentase Kunjungan Bayi
Hasil pengumpulan data / indikator cakupan kinerja SPM bidang kesehatan Puskesmas Onembute tahun 2012 menunjukkan bahwa persentase kunjungan bayi di Puskesmas Onembute sebesar 92,5%

3. Persentase Kunjungan BBLR Ditangani
Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan atas 2 kategori yaitu BBLR karena premature dan BBLR karena Intrauterine Growth Retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang.
Hasil pencatatan dan Pelaporan Puskesmas Onembute Tahun 2012 tercatat jumlah bayi lahir sebesar 120 bayi. Hasil penemuan kasus BBLR sebesar 2 bayi atau persentase 1,7%, dengan persentase penanganan BBLR sebesar 100%.

4. Balita dengan Gizi Buruk
Puskesmas Onembute telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah gizi yang ada di masyarakat dengan berbagai macam program kerja dalam menurunkan status gizi kurang dan gizi buruk. Hal ini merupakan problema khusus yang sangat serius, untuk itu melalui Biaya Operasional Kesehatan (BOK) Puskesmas Onembute telah melakukan berbagai program untuk menangani masalah tersebut dengan memberikan bantuan berupa Penyuluhan Gizi dan Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Posyandu dan di Rumah Pemulihan Gizi (RPG) yang ada.
Hasil pencatatan dan pelaporan program gizi Puskesmas Onembute Tahun 2012 tercatat jumlah balita yang ada sebanyak 634 anak, untuk balita yang pernah ditimbang di Posyandu sebanyak 388 anak atau 61,2%, dan tidak ditemukan anak balita dengan status gizi buruk.



B. UPAYA  KESEHATAN

B.1 PELAYANAN KESEHATAN DASAR
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat, diharapkan sebagaian masalah kesehatan masyarakat sudah dapat diatasi.
Upaya kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan pada pelayanan fasilitas kesehatan.

1. Persentase Cakupan Kunjungan K – 1
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama kehamilannya, yang mengikuti pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan K1 dan K4.
Berdasarkan data riil, jumlah ibu hamil baru tahun 2012 sebanyak 146 orang,  dan 143 orang (97,9%) mendapatkan pelayanan K1, namun bila berdasarkan sasaran estimasi ( proyeksi 165 bumil ) maka kunjungan pelayanan K1 di Puskesmas Onembute tahun 2012 hanya sebesar 86,7%.
   Gambaran persentase cakupan pelayanan ibu hamil K1 Puskesmas Onembute  tahun 2009 – 2012 (berdasarkan sasaran proyeksi), disajikan pada grafik 4, berikut :


Sumber : Program KIA Pusk.Onembute Tahun 2012


2. Persentase Cakupan Kunjungan K – 4

Cakupan K4 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan cakupan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan selama kehamilan, dengan distribusi pada trimester pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester tiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil.
Sama halnya dengan sasaran K1, sasaran K4 juga terjadi selisih antara data riil dan proyeksi yang ditetapkan BPS, secara riil ( 118 ibu hamil ) dengan usia kehamilan         7 – 9 bulan (trimester III) 100 % mendapatkan pelayanan K-4.  Namun bila berdasarkan angka estimasi (proyeksi = 165 bumil) maka pencapaian hanya 71,5 %, berada dibawah target Puskesmas Onembute sebesar 95%.
Gambaran persentase cakupan pelayanan K4 di Puskesmas Onembute periode tahun 2009-2012 (sasaran proyeksi), disajikan pada grafik 5, berikut :


                        Sumber : Program KIA Pusk.Onembute Tahun 2012








3. Pertolongan Persalinan Oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan Dengan Kompetensi Kebidanan

Masa nifas merupakan masa yang penting dalam periode hidup seorang ibu, terlebih pada masa nifas yang pertama. Dalam masa ini, seorang ibu mengalami berbagai macam perasaan: bahagia karena berhasil mempunyai anak, namun ada kalanya muncul perasaan bingung dengan tanggung jawabnya yang baru. Dengan berbagai perubahan pada masa nifas meliputi perubahan fisik, psikologis, dan peran sosial, tidak tertutup kemungkinan ia akan mengalami stres karena proses adaptasi.
Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Wilayah Puskesmas Onembute telah menunjukkan peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun.  Hal ini disebabkan karena konsistennya keterpaduan lintas sektoral dan lintas program serta meningkatnya kesadaran masyarakat dalam menjalankan komitmen pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang terpusat di Puskesmas / Sarana Kesehatan.
Hasil pencatatan dan pelaporan KIA di Puskesmas Onembute tahun 2012, menunjukkan dari 121 ibu bersalin 100% dilakukan oleh tenaga kesehatan di Fasilitas Kesehatan / Puskesmas.  Cakupan ini diatas target yang telah ditetapkan sebesar 88%.

4. Persentase Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi
Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Puskesmas Onembute tahun 2012 sebanyak 1.061 PUS, dengan persentase peserta KB baru 9,4% ( 100 orang ) meliputi kontrasepsi MKJP dan Non MKJP seperti: IUD, MOP / MOW, Implant, Suntik, Pil, dan Kondom
5. Persentase Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi
Peserta KB Aktif di Puskesmas Onembute tahun 2012 masih dominan 752 PUS (70,9%) pada pemakaian alat kontrasepsi Non MKJP meliputi ; Suntik 42,5, Pil 27,8% dan Kondom 6%. Sedangkan pemakaian alat kontrasepsi MKJP hanya 5% ( IUD 0,47%, MOP/MOW 0,37% dan Implant 4,15% ).
 Namun demikian secara keseluruhan jumlah peserta KB aktif Puskesmas Onembute pada tahun 2012 sebanyak 805 PUS atau 75,9%, yang berarti telah mencapai target yang telah ditetapkan sebesar 75%.


Sumber : Program KIA – KB Pusk.Onembute Tahun 2012


6. Persentase Desa yang Mencapai “Universal Child Immunization” (UCI)

Program pencegahan penyakit sebagai upaya pelayanan kesehatan dasar yang strategis dalam mencegah timbulnya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), seperti TBC, Diphteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Campak dan Hepatits B. Dalam hal ini pemerintah mengharapkan 100% desa mencapai UCI. Indikator yang digunakan dalam menetapkan UCI adalah:
• Cakupan BCG, DPT1, Polio1 dan Hepatitis B1 minimal 90%
• Cakupan DPT2, Polio2 dan Hepatitis B2 minimal 85%
• Cakupan DPT3, Polio3 dan Heptitis B3 80%
• Cakupan Polio4 dan campak minimal 80%.


 Sumber : Program Imunisasi Tahun 2012
Persentase cakupan UCI di Puskesmas Onembute tahun 2012 dengan jumlah sasaran imunisasi sebesar 146 bayi. sedangkan jumlah sasaran Desa/Kelurahan sebanyak 10 Desa/Kelurahan, dengan persentase Desa/Kelurahan UCI sebesar 90%.

7. Persentase Cakupan Imunisasi Bayi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain. Karena itu Imunisasi harus diberikan secara lengkap.
Hasil pencatatan dan pelaporan programer Imunisasi menunjukkan bahwa persentase cakupan pemberian imunisasi pada bayi di Puskesmas Onembute tahun 2012 jumlah sasaran imunisasi bahwa jumlah sasaran bayi sebesar 146. Cakupan imunisasi BCG sebesar 73%, imunisasi DPT1 sebesar 99% imunisasi DPT2 sebesar 98%, Polio 3 sebesar 96% dan Imunisasi Campak sebesar 93%.

Sumber : Program Imunisasi Tahun 2012


8. Persentase Balita Mendapat Vitamin A 2 Kali
Kekurangan Vitamin A merupakan satu dari masalah yang paling penting yang menimpa anak-anak di Indonesia. Vitamin A adalah nutrisi penting yang dibutuhkan bagi kesehatan mata, penglihatan dan kekebalan tubuh. Anak-anak yang tidak mendapatkan cukup vitamin A akibat diet normal dimungkinkan akan mengalami kekurangan vitamin A sehingga menimbulkan beberapa penyakit, menyebabkan kebutaan dan mengakibatkan kematian.
Pemberian Vitamin A 2X dengan jumlah sasaran 604 balita yang ada di Puskesmas Onembute tahun 2012. Jumlah balita yang mendapatkan  vitamin A pada bulan Februari sebesar 100 balita (68,5%) dan pada bulan Agustus 427 (70,7%).

9. Persentase  Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
Pemerintah Kabupaten Konawe khususnya Dinas Kesehatan telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah gizi yang ada di masyarakat dengan berbagai macam program kerja dalam menurunkan status gizi kurang dan gizi buruk. Hal ini merupakan problema khusus yang sangat serius, untuk itu melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe telah berupaya dengan berbagai program untuk menangani maslah tersebut dengan memberikan bantuan berupa Program Makanan Tambahan (PMT), Susu, MP-ASI, dan masih banyak lagi program yang berhubungan dengan perbaikan gizi masyarakat.
Selama tahun 2012, di Puskesmas Onembute tidak ditemukan adanya kasus gizi buruk.
10. Persentase Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet Fe
Pemberian tablet Fe1 dan Fe3 pada ibu hamil tentunya harus ada singkronisasi dengan kunjungan bumil K1 dan K4. Demikian halnya dengan jumlah sasaran, sangat berbeda jauh antara sasaran proyeksi dan sasaran riil.
Hasil pencatatan dan pelaporan KIA  Puskesmas Onembute tahun 2012  jumlah ibu hamil (sasaran proyeksi 165 orang dan riil hanya 143 orang), sehingga apabila berdasarkan data riil cakupan pemberian Fe.1 sebesar 135 atau 81,82% dan Fe.3 sebesar 120 atau 72,73%. Sedangkan jika menurut data riil maka pencapaian pemberian Fe1 (94,4%) dan Fe3 sebesar 83,9%.

11. Persentase WUS yang Mendatkan Imunisasi TT
Hasil cakupan pemberian Imunisasi TT pada ibu hamil menunjukkan bahwa cakupan Ibu hamil yang mendapat TT1 sebesar 114 atau (69,1%), dan TT2 sebesar 117 atau (70,9%), dengan jumlah sasaran ibu hamil berjumlah 165.

12. Ibu Hamil Dan Resiko Tinggi Yang Dirujuk
Dalam memberikan pelayanan oleh bidan di desa dan Puskesmas beberapa ibu hamil di antaranya tergolong dalam kasus risiko tinggi (RISTI) dan memerlukan pelayanan kesehatan rujukan. Di Puskesmas Onembute selama tahun 2012 tidak ada ibu hamil risti yang mendapatkan rujukan, sedangkan ibu hamil risti komplikasi yang ditangani selama tahun 2012 di Puskesmas Onembute sebesar 13 kasus atau (39,4%).

13. Neonatal Risti & Bumil Komplikasi yang Ditangani
Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang mempunyai risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus   (0-28 hari) minimal 2 kali, satu kali pada umur 0-7 hari dan satu kali lagi pada umur 8-28 hari. Persentase pelayanan neonatal risti/komplikasi yang ditangani sebesar 5 kasus dengan persentase 26,0%. Upaya pelayanan yang dilaksanakan oleh bidan / petugas kesehatan adalah dengan melakukan pemeriksaan kesehatan bayi dan melakukan konseling perawatan bayi dan ibu.

14. Persentase Bayi yang Mendapat ASI Ekslusif
ASI (Air Susu Ibu) merupakan makanan terbaik bagi bayi karena mengandung zat gizi paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, karena itu untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal ASI perlu diberikan secara eksklusif sampai umur 6 (enam) bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2 (dua) tahun.
Data pemberian ASI Eksklusif  di Puskesmas Onembute tahun 2012 dengan jumlah keseluruhan bayi (0 – 6 bulan) sebesar 146 bayi, sedangkan persentase pemberian ASI Ekslusif  hanya 53 bayi (36,3%).

B.2   AKSES  DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN
1. Cakupan Rawat Jalan dan Rawat Inap

Angka kesakitan di Negara-negara berkembang khususnya Indonesia menunjukkan angka lebih tinggi hal ini dibebabkan disebabkan oleh adanya faktor intrinsik. Hal ini disebabkan karena adanya gaya hidup yang tidak teratur dan berperannya faktor lingkungan.
Cakupan rawat jalan di sarana kesehatan yang ada di Puskesmas Onembute tahun 2012 jumlah kunjungan keseluruhan sebesar 8.994 pasien.

B.3   PERILAKU HIDUP MASYARAKAT

1.   Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS
Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2007 mengumpulkan 10 indikator tunggal Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang terdiri dari enam indikator individu dan empat indikator rumah tangga. Indikator individu meliputi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi 0-6 mendapat ASI eksklusif, kepemilikan/Ketersediaan jaminan Pemeliharaan kesehatan, penduduk tidak merokok,  penduduk cukup  beraktifitas fisik  dan  penduduk cukup mengkonsumsi sayur dan buah. Indikator Rumah Tangga meliputi  rumah tangga memiliki akses terhadap air bersih, akses jamban sehat, kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni (≥8m2/orang) dan rumah tangga dengan lantai rumah bukan tanah.
Secara nasional, penduduk yang telah memenuhi kriteria PHBS baik sebesar 38,7%. Terdapat lima propinsi dengan pencapaian di atas angka nasional yaitu DI Yogyakarta (58,2%), Bali (51,7%), Kalimantan Timur (49,8%), Jawa Tengah (47%), dan Sulawesi Utara (46,9%). Sedangkan propinsi dengan pencapaian PHBS rendah berturut-turut adalah Papua (24,4%), Nusa Tenggara Timur (26,8%), Gorontalo (27,8%), Riau (28,1%) dan Sumatera Barat (28,2%).
Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS di Puskesmas Onembute tahun 2012 menunjukkan dari jumlah rumah tangga yang dipantau 1.527 atau 79,2% diketahui bahwa jumlah  rumah tangga yang ber-PHBS hanya sebanyak 205 atau 13,4%.




2. Persentase Posyandu Aktif
Posyandu adalah salah satu wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan, khususnya kesehatan denagn menciptakan kemampuan untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Posyandu bertujuan meningkatkan derajat kesehatan ibu, bayi, balita dan masyarakat. Dalam posyandu terdapat berbagai macam program yang dilaksanakan seperti: Imunisasi, pemeriksaan Kesehatan balita setiap Bulannya, Keluarga Berencana, Pemantauan Gizi Balita, dan Penanggulanagn diare Tingkat kemajuan posyandu tergantung dari partisipasi masyarakat dalam mengembangkan dan mengelola posyandu. Selain itu kegiatan- kegiatan yang dilakukan setiap bulannya.
Persentase Posyandu aktif di Puskesmas Onembute tahun 2012, jumlah posyandu aktif  sebesar 13 Posyandu.

B.4   KEADAAN LINGKUNGAN

1. Persentase Rumah Sehat
Dalam penilaian PHBS ada dua macam rumah tangga, yaitu rumah tangga dengan balita dan rumah tangga tanpa balita. Untuk rumah tangga dengan balita digunakan 10 indikator, sehingga nilai tertinggi adalah 10; sedangkan untuk rumah tangga tanpa balita terdiri dari 8 indikator, sehingga niiai tertinggi delapan (8). PHBS diklasifikasikan 'kurang' apabila mendapatkan miai kurang dari enam (6) untuk rumah tangga mempunyai nilai kurang dari lima (5) untuk rumah tangga tanpa balita.
Persentase rumah tangga sehat yang ada di Puskesmas Onembute tahun 2012 seluruhnya sebanyak 736 (52,2%) dari 1.409 atau 95,8% rumah yang dipantau  yang tersebar di 10 Desa.

2. Persentase Rumah/Bangunan bebas jentik nyamuk Aedes

Secara Nasional, pada tahun 2003 telah dilaksanakan survei vektor pada 8 kota / kabupaten yaitu; Deli Serdang, Bunyuasin, Minahasa, Maros, Kota Padang, Balikpapan, Kupang dan Jayapura. Hasil menunjukkan bahwa Container Indeks Positif (Jentik) untuk rumah yang strata sebesar 15,8%, sedangkan untuk rumah yang tidak strata Container Indeks Positif sebesar 23,06%. Container Indeks Positif  Tempat-Tempat Umum  sebesar 24%.
Hasil pengumpulan data programer Kesehatan Lingkungan (Kesling) Puskesmas Onembute tahun 2012, kerja bakti massal dan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN) pada sarana umum, sekolah, dan lingkungan pemukiman penduduk yang dilakukan oleh masyarakat dan petugas Sanitasi menunjukkan hasil pengamatan jentik dengan jumlah rumah yang diperiksa sebesar 1.409 (95,8%). Sedangkan persentase rumah/bangunan yang bebas jentik sebesar 1.2058 (85,73%).

3. Keluarga dengan sumber air minum terlindung

Sehari-hari, kita memerlukan air untuk minum, mandi, cuci, masak dan sebagainya. Sedangkan keberadaan sanitasi yang bersih sdan sehat juga tidak bisa dianggap remeh keberadaannya. Sayang, tidak semua orang bisa mengakses air bersih dan mendapatkan sanitasi yang memadai untuk kebutuhan hidup. Air yang notabene nya diciptakan Tuhan, dikelola oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk rakyat, rupanya saat ini telah menjadi barang mahal saja. Jika kita lihat, masih banyak orang yang harus merogoh kocek dalam hanya untuk mendapatkan satu liter atau se-jerigen air. Selain itu, banyak daerah di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia masih mengalami kesulitan untuk memperoleh air.
Persentase Keluarga Yang Memiliki Akses terhadap Air Bersih di Puskesmas Onembute tahun 2012, jumlah keluarga yang ada sebesar 1.847 jiwa, jumlah keluarga yang diperiksa sebesar 1.471 (79,6%).

4. Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya

Upaya pembinaan kesehatan lingkungan dilakukan terhadap instansi dalam menjaga lingkungannya yang di lakukan secara berkala. Upaya yang dilakukan mencakup pemantauan dan pemberian rekomendasi terhadap aspek penyediaan fasilitas sanitasi dasar (air bersih dan jamban). pengolahan sampah, sirkulasi udara, dan pencahayaan.
Hasil pengumpulan data Puskesmas Onembute tahun 2012 menunjukkan hasil pengamatan institusi yang dibina kesehatannya 45 (100%).

C.  SUMBER DAYA KESEHATAN
Upaya kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna bila kebutuhan sumber daya kesehatan dapat terpenuhi. Dalam Bab ini gambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan dapat dikelompokkan dalam sajian data informasi mengenai sarana kesehatan, tenaga dan pembiayaan kesehatan.

C.1   SARANA KESEHATAN

Sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Onembute berupa Puskesmas Induk dengan status rawat jalan, Puskesmas Pembantu, Poskesdes dan Polindes.  Puskesmas Induk terletak di desa Onembute yang juga merupakan ibukota Kecamatan Onembute, sedangkan Pustu, Poskesdes dan Polindes tersebar di beberapa desa.
Dari segi jumlah, sarana kesehatan yang ada ( Pustu / Poskesdes / Polindes ) belum memadai. Demikian juga dari segi kwalitas atau keadaan bangunan, kebanyakan masih memprihatinkan.
Untuk bangunan Puskesmas Induk keadaannya sudah lebih baik karena pada tahun 2009 telah dialokasikan bangunan baru, namun beberapa bangunan Pustu dan Polindes sudah tidak layak pakai karena mengalami kerusakan serta tidak mempunyai perabotan dan peralatan yang memadai untuk pelayanan kesehatan. Pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe perlu juga memikirkan hal ini sebab tidak mungkin untuk melaksanakan pelayanan yang baik di desa dengan sarana yang serba minim bahkan tidak ada sama sekali perlengkapannya, terlebih lagi adanya rencana Pemerintah yang akan mengarahkan semua persalinan di Sarana Kesehatan. Sedangkan Puskesmas sendiri tidak mempunyai dana untuk menanggulangi berbagai kekurangan, kerusakan gedung maupun untuk pengadaan perabotan.
Tabel 5
Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Desa
di Kecamatan Onembute, Tahun 2012
No SARANA KESEHATAN Nama Desa JUMLAH
Onembute TriMulya Naposi Silea UluMeraka MataIwoi Kumapo Kasumeia Tawapandere Ulu Onembute
1 Puskesmas Induk 1 - - - - - - - - - 1
2 Puskesmas Pembantu - 1 - - 1 - - - - - 2
3 Poskesdes - - - 1 - 1 - 1 - - 3
4 Polindes - - 1 - - - - - - - 1
JUMLAH 1 1 1 1 1 1 - 1 - - 7

Sumber : Monografi Puskesmas Onembute



Selain sarana kesehatan yang dibangun pemerintah, di desa-desa terdapat juga partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan berupa Posyandu 13 buah dengan jamlah kader Posyandu 67 orang, Pos Usaha Kesehatan Kerja dengan jumlah kader 5 orang.  Partisipasi masyarakat dibidang kesehatan ini harus terus ditingkatkan mengingat keaktifannya masih sangat kurang. Pelaksanaan Posyandu yang sekali sebulan masih minim kegiatan. Kemampuan kader belum memadai dan keaktifannya di Posyandu tidak dapat dipastikan. Disamping itu, sarana penunjang guna kelancaran pelaksanaan Posyandu masih jauh dari yang diharapkan. Kebanyakan posyandu tidak memiliki peralatan seperti meja dan kursi serta peralatan lainnya.  Pada hari pelaksanaan Posyandu para kader harus selalu sibuk meminjam fasilitas Balai Desa yang juga masih sangat kurang.
Berikut ini beberapa Sarana Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang tersedia di Kecamatan Onembute tahun 2012.

Tabel 6
Jumlah UKBM Menurut Desa
di Kecamatan Onembute, Tahun 2012
No UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT
( UKBM ) Nama Desa JUMLAH
Onembute TriMulya Napoosi Silea UluMeraka MataIwoi Kumapo Kasumeia Tawapandere Ulu Onembute
1 Posyandu 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 13
2 Pos UKK - - - - - 1 - - - - 1
3 Pos Obat Desa - - - - - - - - - - 0
4 Posyandu Lansia - - - 1 - - - 1 - - 2
5 SD dgn dokter kecil - - - - - - - - - - 0
JUMLAH 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 16

 Sumber : Data PSM Puskesmas Onembute

C.2   TENAGA KESEHATAN
Dalam pembangunan kesehatan  diperlukan berbagai tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan upaya melaksanakan upaya kesehatan dengan paradigma hidup sehat, yang mengutamakan upaya peningkatan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pengadaan tenaga kesehatan di laksanakan melalui upaya pendidikan dan pengembangan tenaga kesehatan melalui pelatihan oleh pemerintah maupun masyarakat.
Saat ini tenaga Kesehatan yang bertugas di Puskesmas Onembute pada tahun 2012, selengkapnya pada Grafik 10. Berikut ini :


Sumber : Subag Kepegawaian Tahun 2012


C.3   PEMBIAYAAN  KESEHATAN

Besarnya pembiayaan kesehatan yang proporsional sesuai dengan bidang tugas dan kewajibannya diperlukan untuk menjamin terselenggaranya upaya pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil, merata dan terjangkau. Hal ini juga dikaitkan dengan upaya peningkatan akses pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin yang mendapat jaminan pemeliharaan kesehatan melalui program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Miskin (Jamkesmas), Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), Jaminan Persalinan (Jampersal), serta bantuan APBD (Bahteramas dan Permata).
Puskesmas Onembute sendiri melalui program Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Tahun Anggaran 2012 mendapatkan dana sebesar Rp. 101.500.000,- dengan alokasi dana terbesar berada program KIA dengan presentase dana sebesar 27,31% dan alokasi dana terkecil adalah program P2P 11,59%  dan program Kesling sebesar 7,41%.
Sedangkan untuk dana bantuan kesehatan masyarakat miskin  (Jamkesmas) total anggaran yang diterima sebanyak Rp. 92.660.000,-  Jaminan Persalinan sebesar Rp. 76.285.000,-  serta bantuan APBD (Pembebasan Biaya Pengobatan – Bahteramas) sebesar Rp. 3.683.000,-  dan Program PBP – Permata sebesar Rp. 19.530.000,-
Selengkapnya pada grafik 11. Berikut :

   

Sumber : Laporan Keuangan Puskesmas Onembute Tahun 2012

Secara umum alokasi pembiayaan sektor kesehatan pada masa mendatang perlu mendapatkan porsi yang lebih besar dibandingkan dengan kondisi sekarang, hal ini juga sesuai dengan rekomendasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) yakni minimal 5% dari PDRB.  Besarnya pembiayaan kesehatan yang proporsional sesuai dengan bidang tugas dan kewajibannya diperlukan untuk menjamin terselenggaranya upaya pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil, merata dan terjangkau. Hal ini juga dikaitkan dengan upaya peningkatan akses pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin yang mendapat jaminan pemeliharaan kesehatan melalui program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (Jamkesmas), Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), Jaminan Persalinan (Jampersal), serta bantuan APBD (Bahteramas dan Permata).

















Situasi dan kondisi sektor kesehatan hingga tahun 2012 telah memperlihatkan seberapa jauh perubahan dan perbaikan keadaan kesehatan yang telah dicapai menunjukkan kekurangan dan kelebihan dari upaya-upaya kesehatan yang dilaksanakan yang tentunya juga tidak terlepas dari kontribusi lintas sektor terkait pada sisi output nampak bahwa perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat masih rendah. Sementara pada sisi input masih terdapat beberapa kriteria dari pelayanan kesehatan, manajemen kesehatan dan sumber daya kesehatan yang masih jauh dari target baik Indonesia Sehat 2012 maupun Konawe Sehat 2012, SPM bidang kesehatan maupun MGDs, dengan demikian kontribusi lintas sektor terkait seperti pendidikan, dimana jumlah pendidikan rendah dan pendidikan tinggi masih dibawah angka standar Nasional, masih rendahnya pelayanan KB dan juga penggunaan air bersih.
Gambaran tersebut merupakan fakta yang harus dikomuniaksikan, baik kepada para pimpinan dan pengelola program kesehatan maupun lintas sektor dan masyarakat di daerah yang didiskripsikan melalui data dan informasi, apalagi dalam era desentralisasi pengumpulan data dan informasi dari Puskesmas Pembantu (Pustu), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), dan Pondok Bersalin Desa (Polindes) menjadi relatif lebih sulit. Hal ini berimplikasi pada kualitas data dan informasi yang disajikan dalam profil Kesehatan Puskesmas Onembute. Disamping itu, dalam mencermati capaian setiap indikator masih perlu penataan yang lebih maksimal lagi khususnya dalam menggunakan pendekatan-pendekatan statistik seperti dengan menggunakan proksi yang tepat dan jelas untuk numerator dan denominator masing-masing indikator.

DAFTAR  PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Konawe ; Konawe Dalam Angka Tahun 2010. BPS Kab. Konawe 2011.
BKKBN, Depkes RI ; Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2005.
BKKBN.,2011., Laporan dan Cakupan Pelayanan Keluarga Berencana. BKKBN Kabupaten Konawe.
Badan Perencanaan Pembangunan dan Penanaman Modal Daerah (BP3MD) Kabupaten Konawe. Renstra Kab.Konawe 2011. Unaaha.
Depkes RI, Keputsan Menteri Kesehatan 2004. Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Pusat Data Dan Informasi.
Depkes RI, Profil Kesehatan Indonesia 2005. Menuju Indonesia Sehat 2011. Pusat Data Dan Informasi.
Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe. Profil Kesehatan Kabupaten Konawe. Unaaha 2011.
Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe ; Laporan Subag Perencanaan, Sistem Informasi Kesehatan Dan pelaporan Tahun 2011. Dinkes Kab. Konawe. Unaaha.
Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe ; Laporan Program Bidang Upakes Tahun 2011. Dinkes Kab. Konawe. Unaaha.
Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe ; Laporan Program Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2011. Dinkes Kab. Konawe. Unaaha.
Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe ; Laporan Program Bidang pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Tahun 2011. Dinkes Kab. Konawe. Unaaha.
Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe ; Laporan Program Bidang Farmakmin, Registrasi, Akreditasi dan Perizinan Tahun 2011. Dinkes Kab. Konawe. Unaaha.
Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe ; Laporan Kepegawaian 2011. Dinkes Kab. Konawe. Unaaha.
Puskesmas Onembute ; Laporan Keuangan Tahun 2012. Puskesmas Onembute. Onembute                 Kab. Konawe
Puskesmas Onembute ; Laporan Program KIA Tahun 2012. Puskesmas Onembute. Onembute             Kab. Konawe
Puskesmas Onembute ; Laporan Program Gizi Tahun 2012. Puskesmas Onembute. Onembute              Kab. Konawe
Puskesmas Onembute ; Laporan Program P2P Tahun 2012. Puskesmas Onembute. Onembute              Kab. Konawe
Puskesmas Onembute ; Laporan Program Imunisasi Tahun 2012. Puskesmas Onembute. Onembute Kab. Konawe
Puskesmas Onembute ; Laporan Program Kesling Tahun 2012. Puskesmas Onembute. Onembute Kab. Konawe
Puskesmas Onembute ; Laporan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Tahun 2012. Puskesmas Onembute. Onembute Kab. Konawe
Puskesmas Onembute ; Profil Puskesmas Onembute Tahun 2011. Puskesmas Onembute. Onembute Kab. Konawe







Sabtu, 12 Oktober 2013

KAMPANYE PENDISTRIBUSIAN KELAMBU MASSAL BERINSEKTISIDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ONEMBUTE KAB.KONAWE PROV.SULAWESI TENGGARA


Oleh : HUSEN, SKM  (Kepala UPTD Puskesmas Onembute Kab.Konawe)




A. Pendahuluan. 
Merupakan suatu hal yang sangat penting diperhatikan dalam pendistribusian dan penggunaan kelambu berinsekstisida untuk mencegah terjadinya penularan malaria adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang bagaimana cara penggunaan kelambu berinsektisida yang baik dan benar termasuk pemeliharaannya serta kualitas dari kelambu tersebut.

Puskesmas Onembute adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan yang ada di Kabupaten Konawe. Letaknya berada di Kecamatan Onembute, yakni wilayah paling ujung yang berbatasan dengan Kabupaten Kolaka. Wilayah kerjanya meliputi 10 desa dengan jumlah penduduk 6.109 Jiwa, yang  terbagi dalam 1.699 KK. Sehubungan dengan kasus malaria, di Puskesmas ini telah tersedia sarana pemeriksaan berupa Laboratorium sederhana dan ditunjuk petugas yang khusus menangani penyakit malaria.
Adapun kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Onembute selama tiga tahun terakhir adalah sebagai berikut :
1.       Tahun 2008,
-          Malaria Klinis                            : 97
-          Spec darah diperiksa                 : 0
-          Kasus Positif                            : 0
2.       Tahun 2009,
-          Malaria Klinis                            : 30
-          Spec darah diperiksa                 : 0
-          Kasus Positif                            : 0
3.       Tahun 2010,
-          Malaria Klinis                            : 34
-          Spec darah diperiksa                 : 8
-          Kasus Positif                            : 0
Dari data diatas maka Program kampanye kelambu berinsektisida ini sangat diperlukan baik untuk mencegah terjadinya penularan malaria ataupun menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat malaria.

B.      Tujuan
1.   Umum    : Terlaksananya kampanye pendistribusian kelambu kepada penduduk sasaran.

2.    Khusus  :
a.       Tersusunnya rencana aksi kampanye pendistribusian kelambu ditingkat puskesmas.
b.      Tersosialisasinya kegiatan pendistribusian kelambu ditingkat puskesmas
c.       Terlaksananya pelatihan tenaga pembagi kelambu (Kader).
d.      Terlaksananya pendistribusian kelambu kepada penduduk sasaran.
e.   Termonitoringnya pelaksanaan pendistribusian kelambu kepada penduduk sasaran dan pencatatan pembagian kelambu oleh tenaga pembagi kelambu (Kader).
f.        Adanya dokumentasi kegiatan pendistribusian kelambu.
g. Tersusunnya laporan kampanye pendistribusian kelambu termasuk pertanggungjawaban keuangan di tingkat puskesmas.

C.      Hasil

1.       Distribusi Kelambu Berinsektisida

Nama Desa
Jumlah KK
Jumlah Jiwa
Jumlah Bumil
Jumlah Bayi
Jumlah Kelambu dibagikan
Sisa/Stok kelambu yang tdk terbagi
Onembute
195
694
5
18
245
5
Napoosi
285
1.048
6
25
440
5
Trimulya
165
559
5
10
245
5
Kumapo
179
831
12
18
320
5
Ulumeraka
173
595
2
16
231
5
Mataiwoi
216
792
8
17
355
5
Ulu Onembute
97
371
2
0
142
38
Silea
149
546
3
23
200
5
Kasumeia
159
587
7
14
185
5
Tawapandere
94
323
2
8
150
5

2.       Laporan Kegiatan

Nama Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Tempat
Rencana Biaya
Realisasi Biaya
Tersusunnya rencana aksi kampanye pendistribusian kelambu ditingkat puskesmas
18 Juni 2011
Puskesmas
Onembute


Sosialisasi kegiatan pendistribusian kelambu ditingkat puskesmas
20 Juni 2011
Puskesmas
Onembute


Pelatihan tenaga pembagi kelambu (Kader)
21 Juni 2011
Puskesmas Onembute


Pelaksanaan  pendistribusian kelambu kepada penduduk sasaran.
22 Juni s/d. 25 Juni 2011
10 Desa


Pelaksanaan bimbingan teknis dan monitoring tingkat puskesmas




Penyusunan Laporan
27 Juni 2011





D.      Analisis

1.       Persentase Desa dilaksanakannya Distribusi kelambu :
Jml desa dilaksanakannya distribusi                 = 10  :  10  x  100              = 100 %
dibagi Jml desa dalam pusk/kec
2.       Persentase Desa Endemis :
Jml desa dilaksanakanya distribusi                    = 10  :  7  x  100               = 149 %  
Dibagi Jml desa endemis dalam pusk/kec
3.       Persentase BUMIL yang mendapatkan kelambu :
Jml Bumil yang dapat kelambu dibagi jml          = 52  :  52  x  100             = 100 %
Jml Bumil yang ada
4.       Persentase bayi yang mendapatkan kelambu :
Jml Bayi yang mendapatkan kelambu                = 149  :  149  x  100         = 100 %
Dibagi Jml bayi yang ada
5.       Persentase penduduk yang dilindungi kelambu :
Jml KK x 5 dibagi jml penduduk                        = 1.699 x 5 : 6.109 x 100 = 139 %


E.     Permasalahan
Setelah semua proses pendistribusian kelambu berjalan lancar namun ada beberapa permasalahan yang ada, antara lain :
1.   Ada beberapa penduduk yang tidak berada dirumah sehingga mengharuskan petugas berkunjung ulang kerumah penduduk.
2.      Jumlah Bumil dan Bayi yang ada dilapangan tidak sesuai dengan target.

F.       Penutup
Dari rangkaian kegiatan pendistribusian kelambu dapat di ambil kesimpulan,bahwa semua proses berjalan lancar dan aman, sehingga semua kelambu tersalur merata kepada semua penduduk sasaran.