Senin, 14 Maret 2016

Profil Puskesmas Onembute Kabupaten Konawe Tahun 2014




Latar Belakang

Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting dalam tahapan hidup manusia. Dengan kondisi yang sehat, manusia dapat melakukan aktivitas sehari – harinya dengan baik, tanpa terganggu oleh kesehatan tubuh yang kurang optimal. Masyarakat di Indonesia masih terbilang terbelakang dalam hal menjaga kesehatan, mereka masih kurang menyadari akan pentingnya untuk menjaga kesehatan diri, keluarga dan lingkungannya, yaitu memahami akan pentingnya promotiv dan preventif atau lebih kita kenal dengan lebih baik mencegah daripada mengobati. Dengan kurangnya kesadaran tersebut mengakibatkan masyarakat di Indonesia terutama masyarakat awam sangatlah mudah untuk terjangkit penyakit. Melihat semua masalah kesehatan tersebut, perlu adanya perbaikan dibidang kesehatan. Untuk itu, sangatlah perlu terselengaranya berbagai upaya kesehatan, baik upaya kesehatan perorangan maupun upaya kesehatan masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan. Yang hal tersebut merupakan salah satu fungsi dari Puskesmas, sehingga untuk memperbaiki kesehatan masyarakat tersebut, perlu ditunjang oleh manajemen Puskesmas yang baik agar Puskesmas benar-benar berfungsi sesuai dengan tugasnya.
Puskesmas adalah salah satu unit pelaksanan fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat kinerja kesehatan tingkat pertama yang memberikan kinerja kesehatan yang bersifat dasar, serta menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan pada masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu, Puskesmas mempunyai misi memberikan kinerja kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang tugasnya adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna.
Puskesmas Onembute merupakan organisasi struktural dan sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe, aspek fungsional bidang pelayanan kesehatan masyarakat yang merupakan unit pelaksana pelayanan kesehatan masyarakat tingkat yang dibina oleh Dinas Kesehatan Kabupaten, bertanggung jawab untuk melaksanakan identifikasi kondisi masalah kesehatan masyarakat dan lingkungan serta fasilitas pelayanan kesehatan meliputi cakupan, mutu pelayanan, identifikasi mutu sumber daya manusia dan provider, serta menetapkan kegiatan untuk menyelesaikan masalah.




Tujuan
Penyusunan Profil Puskesmas Onembute adalah untuk memberikan gambaran tentang keberadaan derajat kesehatan yang mencakup Wilayah Kerja Puseksmas Onembute.
Untuk memenuhi kebutuhan data dan informasi yang siap, mudah diperoleh, mudah difahami, relevan, bermanfaat, akurat dan konsisten di Wilayah Kerja Puskesmas Onembute
Merupakan pelaksanaan salah satu tupoksi Puskesmas Onembute dalam mengukur indikator keberhasilan kinerja selama 1 (satu) tahun.

Visi, Misi Dan Fungsi
 Dengan berpedoman pada kegiatan pokok yang dilengkapi dengan adanya kegiatan tambahan dan inovatif diharapkan Puskesmas mampu memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Disamping itu semua kegiatan akan lebih terancana, lengkap, akurat dan saling terkait sehingga mutu pelayanan Puskesmas akan meningkat dan mampu memenuhi tuntutan masyarakat, sesuai visi dan misi Puskesmas.

Visi
Menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Dasar yang merata dan berkualitas untuk mewujudkan Kecamatan Onembute Sehat.

Misi
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu dan terjangkau oleh seluruh masyarakat.
Meningkatkan Profesionalisme SDM dalam melaksanakan pelayanan kesehatan.
Meningkatkan Pembinaan Peran Serta Masyarakat dalam bidang kesehatan.
Sebagai pusat pengembangan dalam pembangunan kesehatan masyarakat.
Menjalin kemitraan dengan semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan dan pengembangan kesehatan masyarakat.

Fungsi
Pusat Penggerak Pembangunan berwawasan Kesehatan
Memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektoral termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerja Puskesmas Onembute, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu Puskesmas Onembute aktif membantu dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan upaya yang dilakukan oleh Puskesmas Onembute adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan, mengerakkan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khsusnya sosial budaya masyarakat setempat.

Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama serta menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab meliputi ; pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Dalam Kepmenkes 128 Tahun 2004 terdapat 17 upaya kesehatan di Puskesmas, 14 kegiatan diantaranya telah dilaksanakan di Puskesmas Onembute, yaitu ;
 Usaha pelayanan kesehatan rawat jalan,
 Usaha kesejahteraan ibu dan anak,
 Usaha keluarga berencana (KB),
 Usaha kesehatan gigi,
 Usaha kesehatan gizi,
 Usaha kesehatan sekolah,
 Usaha kesehatan lingkungan,
 Usaha pendidikan dan promosi kesehatan,
 Usaha perawatan kesehatan masyarakat,
 Usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit menular,
 Usaha kesehatan lanjut usia,
 Usaha kesehatan kerja,
 Usaha pencatatan dan pelaporan,
 Usaha laboratorium kesehatan masyarakat.








Sistematika Penyusunan

Buku Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Onembute Tahun 2014 ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan
Menguraikan tentang latar belakang penyusunan profil Puskesmas Onembute Tahun 2014, Visi , Misi, Fungsi, serta sistematikan penulisan.

BAB II Gambaran Umum
Menguraikan tentang Indikator Kesehatan keadaan geografis dan Pemerintahan Kecamatan termasuk keadaan penduduk, sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang tersedia, termasuk keadaan sarana pelayanan kesehatan yang tersedia.

BAB III Indikator Derajat Kesehatan
Menguraikan tentang Indikator Derajat Kesehatan, Upaya kesehatan, Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan, Perilaku hidup masyarakat, sumber daya kesehatan, pembiayaan kesehatan.

Bab IV Penutup
Menguraikan tentang beberapa hal dalam penyusunan buku profil Puskesmas Tahun 2014.

Lampiran
Pada lampiran ini berisi tabel data pendukung dari apa yang telah diuraikan dalam Bab II dan III. Selain dalam bentuk buku, secara singkat Profil Kesehatan Puskesmas Onembute ini dapat juga diakses melalui website Puskesmas Onembute. dengan alamat http://pkmonembute.blogspot.com dan untuk menghubungi kami dapat dilakukan melalui email pkmonembute@gmail.com




Geografis

Letak dan Batas Wilayah
 Kecamatan Onembute merupakan salah satu dari 24 kecamatan yang ada di Kabupaten Konawe terdiri dari 12 desa dengan 36 dusun. Secara geografis Kecamatan Onembute tergolong dataran dengan topografi datar dan berbukit. Apabila dilihat dari peta Kabupaten Konawe, maka Kecamatan Onembute terletak di bagian Selatan.
Adapun letak geografisnya adalah antara 121º54’35”BT – 122º60’20”BT dan 4º1’45”LS – 4º5’40”LS dengan batas – batas sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Lambuya,
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Puriala,
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan,
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kolaka Timur



Luas Wilayah
 Kecamatan Onembute memiliki luas wilayah sebesar 99,10 Km2 atau 1,48 persen dari luas Kabupaten Konawe. Desa terluas adalah Desa Trimulya dengan luas 17,80 Km2 atau 17,96 persen dari luas seluruh Kecamatan Onembute, adapun Kelurahan Onembute merupakan desa dengan luas wilayah terkecil yaitu 1,20 Km2 atau 1,22 persen.

Jumlah Desa/Kelurahan
NO
Desa
LUAS
JUMLAH
JUMLAH PENDUDUK



WILAYAH
DESA
KEL
DESA+KEL.




(km2)





1
Onembute
1,20
-
1
1
406

2
Kumapo
13,80
1
-
1
824

3
Trimulya
17,80
1
-
1
531

4
Kasumeia
3,80
1
-
1
603

5
Napoosi
3,50
1
-
1
638

6
Silea
7,50
1
-
1
583

7
Ulumeraka
13,70
1
-
1
594

8
Mataiwoi
16,00
1
-
1
782

9
Tawapandere
7,30
1
-
1
315

10
Ulu Onembute
11,70
1
-
1
363

11
Anggaloosi
1,50
1
-
1
422

12
Ana Onembute
1,30
1
-
1
275

Jumlah
99,10
11
1
12
6.336

     Sumber : . Data Umum Pusk. Onembute Tahun 2014
Demografi

Berdasarkan validasi data di desa, jumlah penduduk Kecamatan Onembute pada tahun 2014 sebanyak 6.336 jiwa, dengan kepadatan penduduk 63,9 jiwa per kilometer.
Jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan yaitu laki – laki 3.205 orang dan penduduk perempuan sebanyak 3.131 orang. Rasio jenis kelamin atau sex ratio Kecamatan Onembute adalah 102,40 artinya jika terdapat 100 penduduk perempuan maka terdapat 102 penduduk laki – laki. Penduduk terbanyak di Desa Kumapo dengan 824 jiwa dan paling sedikit di Desa Ana Onembute dengan jumlah penduduk 275 jiwa.

Tabel 2
JUMLAH DAN KEADAAN PENDUDUK PER DESA
TAHUN 2014
No
NAMA DESA
JUMLAH KK
JUMLAH PENDUDUK
JUMLAH RUMAH




L
P
Jumlah










1
 Onembute
109
197
209
406
96

2
 Kumapo
222
428
396
824
180

3
 Trimulya
158
259
272
531
145

4
 Kasumeia
168
314
289
603
150

5
 Napoosi
182
316
322
638
165

6
 Silea
154
305
278
583
126

7
 Ulumeraka
165
314
280
594
148

8
 Mataiwoi
228
318
464
782
187

9
 Tawapandere
101
177
138
315
86

10
 Ulu Onembute
97
190
173
363
84

11
 Anggaloosi
137
233
189
422
128

12
 Ana Onembute
117
154
121
275
78


JUMLAH
1.838
3.205
3.131
6.336
1.573


Sumber : Profil Desa


Pendidikan
Sarana pendidikan yang ada di Kecamatan Onembute terdiri dari tingkat Taman Kanak-Kanak ( TK ) 5 buah, SD / MI 9 buah, SMP / MTs 3 buah, dan SMK 1 buah. Data penyebaran Sarana Pendidikan tiap desa sebagai berikut :

Tabel 3
Data Sarana Pendidikan Menurut Desa
Di Kecamatan Onembute Tahun 2014

No

Tingkat
Pendidikan
Nama Desa
J u m l a h



Onembute
TriMulya
Napoosi
Silea
Ulu Meraka
MataIwoi
Kumapo
Kasumeia
Tawapandere
Ulu Onembute
Anggaloosi
Ana Onembute


1
TK/Sederajat
-
1
1
-
1
1
1
-
-
-
-
-
5

2
SD/Sederajat
1
1
1
1
-
2
1
-
-
-
1
1
9

3
SMP/Sederajat
1
-
1
-
1
-
-
-
-
-
-
-
3

4
SMA/Sederajat
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
1

5
PT/Sederajat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-


Sumber : Profil Desa


Sosial Ekonomi
Sebagian besar penduduk adalah petani dan pekebun. Mata pencaharian lainnya adalah pedagang, buruh dan PNS/ABRI.
Dari 1.838 Kepala Keluarga yang ada di Kecamatan Onembute terdapat 1.266 Kepala Keluarga ( 68,8% ) tergolong miskin yang terdiri dari 4.898 jiwa, namun hasil pendataan BPS hanya 3.520 jiwa atau hanya 72% pendududuk miskin yang terdaftar sebagai (Penerima Bantuan Iuran (PBI) BPJS. Sedangkan sisanya (28%) saat menderita penyakit yang memerlukan rawat inap di Rumah Sakit masyarakat terpaksa harus meminta SKTM kepada Kepala Desa, dan pada tahun 2014 tercatat 33 orang pasien yang dirujuk rawat inap di Rumah Sakit terpaksa diberlakukan sebagai pasien umum atau mengurus BPJS Mandiri sekalipun keluarga tak mampu, sehingga kedepan perlu ditinjau lagi kebijakan program kesehatan bagi masyarakat miskin. Apakah masih tetap menggunakan kata “miskin” atau tidak, karena pada kenyataannya orang jadi mendadak miskin jika harus dirujuk di Rumah Sakit.
Data jumlah KK dan penduduk miskin tiap desa digambarkan dalam tabel 4 berikut ini :

Tabel 4
Data Jumlah Kepala Keluarga dan Penduduk Miskin Tiap Desa
Di Kecamatan Onembute Tahun 2014

NO.
NAMA DESA
JML PDDK
JUMLAH PDDK
JUMLAH KK
JML KK



SELURUHNYA
MISKIN
SELURUHNYA
MISKIN

1
 Onembute
406
          297
109
        76

2
 Kumapo
824
          649
222
      166

3
 Trimulya
531
          414
158
      106

4
 Kasumeia
603
          457
168
      117

5
 Napoosi
638
          490
182
      126

6
 Silea
583
          443
154
      114

7
 Ulumeraka
594
          462
165
      119

8
 Mataiwoi
782
          618
228
      158

9
 Tawapandere
315
          242
101
        62

10
 Ulu Onembute
363
          283
97
        72

11
 Anggaloosi
422
          329
137
        84

12
 Ana Onembute
275
          214
117
        65


J U M L A H
6.336
       4.898
1.838
   1.266


Sumber : Profil Desa

























Derajat Kesehatan

A.1. Mortalitas (Angka Kematian)

Angka Kematian Bayi Per-1.000 Kelahiran Hidup
   
Angka kematian bayi adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Indikator ini terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan tempat tinggal anak-anak termasuk pemeliharaan kesehatannya. AKB relevan di gunakan untuk memonitor pencapaian target program karena mewakili komponen penting pada kematian bayi.
Dari 135 bayi lahir tahun 2014 tidak ditemukan adanya angka kematian bayi,  hal ini menunjukkan adanya penurunan yang sangat signifikan jika dibandingkan AKB tahun 2010, 2011, 2012 dan 2013 yang masing-masing sebesar 18, 15, 8, dan 7 bayi per 1000 kelahiran hidup, selengkapnya disajikan pada Gambar berikut :


Sumber : Program KIA Pusk. Onembute Tahun 2014



Angka Kematian Balita Per-1.000 Kelahiran Hidup

Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang diahirkan pada tahun tertentu dan meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun, dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit menular dan kecelakaan, indikator ini menggambarkan tingkat kesejahteraan sosial dalam arti besar dan tingkat kemiskinan penduduk serta kerap untuk mengidentifikasi terjadinya kesulitan ekonomi penduduk. Adapun nilai nominatif AKABA yakni lebih besar dari 140 tergolong sangat tinggi, antara 71-140 sedang dan kurang dari 71 rendah. Jumlah kematian balita menurut desa di wilayah kerja Puskesmas Onembute tahun 2014, dilaporkan sebanyak 2 kasus (1,6%).

Angka Kematian Ibu
   Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi di Indonesia. Kematian Ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab – sebab seperti kecelakaan, atau terjatuh, atau dengan kata laian AKI adalah banyaknya ibu yang meninggal dari suatu penyebab kematian, melahirkan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) per 100.000 kelahiran hidup. AKI berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas. Untuk mengantisipasi masa ini maka dilakukan terobosan-terobosan untuk mengurangi peran dukun dan meningkatkan peran bidan. Harapan kita agar benar-benar bidan di desa sebagai ujung tombak dalam rangka menurunkan AKB (IMR) dan AKI (MMR).
   Jumlah Ibu Hamil yang ada di Puskesmas Onembute pada tahun 2014 sebanyak 136 orang, hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah ibu hamil jika dibandingkan pada tahun 2013 hanya 121 bumil.
   Sejak tahun 2009 sampai dengan akhir tahun 2014 di wilayah Puskesmas Onembute tidak ada kasus kematian ibu. Sedangkan AKI di Kabupaten Konawe pada tahun 2013 sebesar 133 per 100.000 kelahiran hidup, tetapi masih jauh lebih rendah dari AKI nasional sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab dari kematian ibu di Kabupaten Konawe disebabkan karena pendarahan pada saat melahirkan serta yang utama karena ibu hamil mengalami faktor 3 terlambat yaitu ; terlambat pengambilan keputusan, terlambat transportasi dalam rujukan dan terlambat mendapatkan pelayanan oleh tenaga kesehatan yang berkompeten.
Angka Kecelakaan Lalulintas per-100.000 Penduduk
   Berdasarkan data register kunjungan pada UGD Puskesmas Onembute, Angka Kecelakaan Lalu-lintas pada tahun 2014 terlaporkan sebanyak 34 kasus, dan sebagian besar dirujuk pada RSU Kabupaten Konawe di Unaaha.
A.2. Morbiditas (Angka Kesakitan)
Angka “Acute Flaccid Paralysis” (AFP) pada Anak Usia < 15 Tahun per-100.000 Anak
Hasil pemeriksaan virologis dan klinis akan menjadi bukti yang syah dan meyakinkan apakah semua kasus AFP yang terjaring termasuk kasus polio atau tidak, sehingga dapat diketahui apakah masih ada polio liar di masyarakat. Secara statistik jumlah penderita kelumpuhan AFP diperkirakan yang terjadi di Kabupaten Konawe Pada Tahun 2014 tidak ditemukan kasus AFP diantara 100.000 anak usia <15 tahun.
Dari hasil pengumpulan data pada Bidang P2 Puskesmas Onembute menunjukkan bahwa tidak ada penemuan kasus AFP tahun 2014.

Angka Penderita TB Paru (BTA +)
Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Menurut hasil Surkesnas 2001, TB Paru menempati urutan ke 3 penyebab kematian umum (9,4%), selain menyerang paru, Tuberculosis dapat menyerang organ lain (extra pulmonary).
Pencapaian program penanggulangan TB Paru di Puskesmas Onembute pada tahun 2014 menunjukkan bahwa jumlah Case Detection Rate TBC (BTA+) target 16 penderita, diobati 16 penderita, pencapaian kesembuhan pengobatan cure rate TBC sebesar penderita (45%).
Selengkapnya angka penemuan kasus TB Paru BTA (+) di Puskesmas Onembute terlihat pada gambar 2 berikut ini :


Sumber : Program P2P Pusk.Onembute Tahun 2014
Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani.
      Pneumonia merupakan penyebab kematian pada balita dengan peringkat pertama hasil dari Surkesnas 2001. Upaya pemberantasan penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) lebih difokuskan pada upaya penemuan dini dan tatalaksana kasus yang cepat dan tepat terhadap penderita pnemonia balita yang ditemukan.
Hasil pencatatan dan pelaporan programer P2 ISPA Puskesmas Onembute tahun 2014 ditemukan 6 orang (9,7 %) kasus pneumonia balita.
Angka penemuan pneumonia balita yang cenderung naik di Kecamatan Onembute merupakan dilema dan harus dicarikan solusi, sehingga masalah Pneumonia ini dapat di intervensi dan penata laksanaannya dapat lebih baik sehingga tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.

Prevalensi Kasus HIV/AIDS Ditangani.
       Perkembangan penyakit HIV/AIDS terus menunjukkan peningkatan, meskipun berbagai upaya penanggulangan terus dilakukan. Semakin tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya sentra pembangunan ekonomi di Indonesia, meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman dan meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui suntikan, secara simultan telah memperbesar tingkat risiko penyebaran HIV/AIDS.
Berdasarkan hasil zero survey Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe pada bulan September 2014 telah ditemukan 2 kasus penderita virus HIV (keduanya berjenis kelamin wanita) di Desa Ulu Onembute. Keberadaan kasus penderita HIV/AIDS di Kecamatan Onembute bagaikan Fenomena Gunung Es, dimana jumlah penderita yang ditemukan dan terdata hanyalah sebagian kecil yang muncul ke permukaan, dengan rasio 1 banding 100, maka tidak mustahil angka 200 orang yang (telah, sedang dan saat ini) terancam HIV/ADS. Suatu jumlah yang sangat signifikan sekaligus merisaukan, bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Kecamatan Onembute saat ini, dan bisa jadi akan mewabah sebagai suatu epidemic yang sangat memenakutkan dan menghawatirkan bagi masyarakat dan utama keluarga.
Untuk mencegah mewabahnya kasus HIV/AIDS dan seiring dengan tingginya mobilitas penduduk, rendahnya pengetahuan dan kurangnya kesadaran dan tanggung jawab pria yang berprilaku risiko tinggi, maka diperlukan penguatan sistem Pemerintahan di Kecamatan Onembute dalam membuat regulasi tentang pemanfaatan Kafe sebagai tempat rekreasi dan bukan tempat transaksi prostitusi.

Persentase Infeksi Menular Seksual Diobati
      Sama halnya dengan kasus HIV/AIDS, di Desa Ulu Onembute terdeteksi 2 penemuan kasus IMS. Penemuan kasus IMS ini merupakan dilema di masyarakat karena di duga masih banyak masyarakat yang pernah menderita penyakit IMS hanya enggan untuk melaporkan ke petugas kesehatan. Untuk mengantisipasi hal tersebut Puskesmas Onembute dalam hal ini programer P2P memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang pernah menderita penyakit menular ini atau di duga menderita penyakit IMS agar tidak segan dan malu untuk memeriksakan diri di pusat kesehatan masyarakat.

Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per-100.000 Penduduk.

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan saat ini. Namun Prevalensi kejadian DBD untuk Puskesmas Onembute sendiri sejak tahun 2009 s/d 2014 tidak di temukan kasus DBD. Hal ini dimungkinkan karena kesadaran masyarakat dalam mengelola lingkungan perumahan sudah cukup baik. Namun demikian Puskesmas Onembute terus melakukan upaya-upaya pencegahan untuk memerangi DBD ini terus dilakukan melalui upaya: abatesasi, penyebaran pamflet, serta penyuluhan individu.
Persentase Balita dengan Diare Ditangani.
Penyakit diare masih merupakan salah satu penyebab kematian bayi dan balita, Jumlah kasus diare pada balita di Puskesmas Onembute terus mengalami penurunan kasus selama 10 tahun terakhir, pada tahun 2009 kasus diare dilaporkan masih mendominasi 10 besar penyakit. Kasus tersebut mengalami penurunan selama 3 tahun berturut – turut yang selengakapnya dapat disimak dalam gambar 3. Sebagai berikut :

Sumber : Program P2P Pusk.Onembute Tahun 2014

       Jika melihat gambar 3 diatas menunjukkan bahwa angka ini terus mengalami penurunan jika dibandingkan dengan 3 (tiga) tahun sebelumnya. Namun demikian upaya-upaya untuk mengantisipasi meningkatnya kasus diare pada tahun berikutnya terus dilakukan, hal ini telah menjadi perhatian dan telah dilakukan penanganan secara khusus oleh petugas kesehatan yang ada di Puskesmas sehingga diharapkan adanya peran serta dan kesadaran dari masyarakat untuk ikut menjaga kesehatan lingkungan untuk mencegah terjadinya wabah diare.

Angka Kesakitan Malaria per-1.000 penduduk
      Penyakit Malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, dimana perkembangan penyakit Malaria ini dipantau melalui Annual Parasite Incidence (API). Menurut pencatatan laporan programer malaria menunjukkan jumlah kasus klinis malaria di Puskesmas Onembute tahun 2014 tercatat 41 orang, hasil pemeriksaan laboratorium diindikasikan positif menderita malaria sebanyak 2 orang atau (4,88%) dengan presentase pengobatan sebesar 100%. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Puskesmas Onembute khususnya yang menangani Program Malaria telah melakukan langkah-langkah pencegahan yaitu ; 1) penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat cara penanggulangan wabah malaria, 2) pemanfaatan kelambu, 3) serta memberikan bimbingan dan pembinaan pada kader – kader yang ada di desa.


Persentase Penyakit Filaria Ditangani.
Program eliminasi filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan global WHO tahun 2000 yaitu ’The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem The Year 2020”. Di Puskesmas Onembute sepanjang tahun 2014 tidak ditemukan kasus filariasis.
Upaya pencegahan dan pemberantasan Filariasis di Puskesmas Onembute terus dilaksanakan dengan langkah pengambilan sampel untuk dilaksanakan pemeriksaan dan tindakan pengobatan.

Persentase Penyakit Kusta Ditangani
Selama tahun 2014 di Wilayah Puskesmas Onembute tidak ditemukan lagi adanya kasus penyakit kusta,

Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Menular

Campak
           Penyakit campak merupakan pembunuh No.1 di antara 6 penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) yang disebabkan oleh virus. Diperkirakan di negara yang sedang berkembang terdapat 67 juta kasus tiap tahun dan 2 juta di antaranya meninggal. Dalam tahun 1983 dilaporkan kasus sebanyak 3,1 juta dari 148 negara. Campak menular melalui kontak perorangan dengan penderita. Di Puskesmas Onembute tahun 2014 tidak ditemukan adanya kasus campak.

Difteri
Difteri disebabkan oleh C. diphteriae, sering timbul di negara dengan keadaan kesehatan lingkungan tidak baik; jarang timbul di negara-negara industri. Dalam tahun 1983 dilaporkan 46.800 kasus di 160 negara, kira-kira 10% diantaranya meninggal dunia. Penderita dapat menulari orang lain melalui kontak perorangan. Di Puskesmas Onembute pada tahun 2014 tidak menemukan adanya kasus Difteri.

Batuk Rejan (Pertusis)
Kematian karena pertusis, 50% terjadi pada bayi (umur < 1 tahun). Pertusis ditularkan melalui kontak dari orang ke orang, dan penderita dapat menularkan penyakit sejak timbulnya gejala awal."Masa inkubasi penyakit 6 – 12 hari.
Gejala awal pertusis menyerupai influensa, yakni pilek, bersin-bersin, batuk dan demam (stadium catarrhalis) kemudian diikuti stadium spasmodik dan konvalesen. Puskesmas Onembute pada tahun 2014 tidak menemukan adanya kasus Pertusis.

Tetanus
Kasus tetanus di dunia diperkirakan mengenai 800.000 bayi yang lahir setiap tahun. Dalam tahun 1983 dilaporkan 10.000 tetanus neonatorum dari 74 negara. Hampir 100% bayi yang menderita tetanus neonatorum, meninggal dunia. Penyakit tetanus ditandai dengan kejang-kejang yang berkembang ke seluruh wbuh. Saat ini hanya ± 14% ibu hamil di dunia ini yang mendapatkan imunisasi TT dua dosis. Puskesmas Onembute pada tahun 2014 tidak menemukan adanya kasus Tetanus.

Poliomylitis
Penyakit Polio disebabkan oleh virus yang dibedakan menjadi 3 jenis, yakni virus 1, 2 dan 3. Diperkirakan 275.000 anak-anak di negaja-negara sedang berkembang menderita polio paralitik setiap tahun sebelum mencapai usia 3 tahun. Polio merupakan penyebab utama kelumpuhan di dunia. Pada tahun 1983 dilaporkan 36.400 kasus dari 170 negara.
Gejala polio meliputi antara lain: demam, talc enak badan, sakit tenggorokan, mual-mual, diare, sakit kepala, leher kaku, sakit otot di anggota badan dan punggung dan paralisis. Satu dari 200 penderita akan mengalami paralisis. Imunisasi diberikan secara oral dengan vaksin polio OPV. Hanya + 48 % anak-anak di dunia mendapatkan imunisasi lengkap.
Puskesmas Onembute pada tahun 2014 tidak menemukan adanya kasus Polio.

A.3. Status Gizi

Persentase Kunjungan Neonatus
Neonatus adalah Bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar >7 dan tanpa cacat bawaan.
Hasil pencatatan KIA Puskesmas Onembute pada tahun 2014, jumlah Kunjungan Neonatus 0 – 7 hari sebanyak 138 ( 100% ) dan KN 8-28 hari sebanyak 136 (98,6%).

Persentase Kunjungan Bayi
Hasil pengumpulan data / indikator cakupan kinerja SPM bidang kesehatan Puskesmas Onembute tahun 2014 menunjukkan bahwa persentase kunjungan bayi di Puskesmas Onembute sebesar 93,5%

Persentase Kunjungan BBLR Ditangani
Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan atas 2 kategori yaitu BBLR karena premature dan BBLR karena Intrauterine Growth Retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang.
Hasil pencatatan dan Pelaporan Puskesmas Onembute Tahun 2014 tercatat jumlah bayi lahir sebesar 135 bayi. Hasil penemuan kasus BBLR sebesar 7 bayi atau persentase 5,2%, dengan persentase penanganan BBLR sebesar 100%.

Balita dengan Gizi Buruk
Puskesmas Onembute telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah gizi yang ada di masyarakat dengan berbagai macam program kerja dalam menurunkan status gizi kurang dan gizi buruk. Hal ini merupakan problema khusus yang sangat serius, untuk itu melalui Biaya Operasional Kesehatan (BOK) Puskesmas Onembute telah melakukan berbagai program untuk menangani masalah tersebut dengan memberikan bantuan berupa Penyuluhan Gizi dan Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Posyandu dan di Rumah Pemulihan Gizi (RPG) yang ada.
Hasil pencatatan dan pelaporan program gizi Puskesmas Onembute Tahun 2014 tercatat jumlah balita yang ada sebanyak 612 anak, dengan partisipasi penimbangan setiap bulan rata – rata 87%, ditemukan 1 anak balita (0,18%) dengan status gizi buruk dan telah dilakukan perawatan selama 90 hari makan anak melalui dana BOK Puskesmas Onembute tahun 2014.


B. UPAYA KESEHATAN

 B.1 PELAYANAN KESEHATAN DASAR
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat, diharapkan sebagaian masalah kesehatan masyarakat sudah dapat diatasi.
Upaya kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan pada pelayanan fasilitas kesehatan.

Persentase Cakupan Kunjungan K – 1
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama kehamilannya, yang mengikuti pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan K1 dan K4.
Berdasarkan data riil, jumlah ibu hamil baru tahun 2014 sebanyak 136 orang, dan semuanya orang (100%) mendapatkan pelayanan K1, namun bila berdasarkan sasaran estimasi ( proyeksi 134 bumil ) maka kunjungan pelayanan K1 di Puskesmas Onembute tahun 2014 hanya sebesar 101,5% diatas target Nasional 95%.
Gambaran persentase cakupan pelayanan ibu hamil K1 Puskesmas Onembute tahun 2010 – 2014 (berdasarkan sasaran proyeksi), disajikan pada gambar 4, berikut :


Sumber : Program KIA Pusk. Onembute Tahun 2014


Persentase Cakupan Kunjungan K – 4

Cakupan K4 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan cakupan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan selama kehamilan, dengan distribusi pada trimester pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester tiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil.
Sama halnya dengan sasaran K1, sasaran K4 juga terjadi selisih antara data riil dan proyeksi yang ditetapkan, secara riil ( 136 ibu hamil ) dengan usia kehamilan 7–9 bulan (trimester III) 100 % mendapatkan pelayanan K-4. Sedangkan bila berdasarkan angka estimasi (proyeksi = 134 bumil) maka pencapaian 101,5 %, berada diatas target Nasional sebesar 95%.
Gambaran persentase cakupan pelayanan K4 di Puskesmas Onembute periode tahun 2010 - 2014 (sasaran proyeksi), disajikan pada gambar 5, berikut :


                        Sumber : Program KIA Pusk.Onembute Tahun 2014


Pertolongan Persalinan Oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan Dengan Kompetensi Kebidanan

Masa nifas merupakan masa yang penting dalam periode hidup seorang ibu, terlebih pada masa nifas yang pertama. Dalam masa ini, seorang ibu mengalami berbagai macam perasaan: bahagia karena berhasil mempunyai anak, namun ada kalanya muncul perasaan bingung dengan tanggung jawabnya yang baru. Dengan berbagai perubahan pada masa nifas meliputi perubahan fisik, psikologis, dan peran sosial, tidak tertutup kemungkinan ia akan mengalami stres karena proses adaptasi.
Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Wilayah Puskesmas Onembute telah menunjukkan peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan karena konsistennya keterpaduan lintas sektoral dan lintas program serta meningkatnya kesadaran masyarakat dalam menjalankan komitmen pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang terpusat di Puskesmas / Sarana Kesehatan.
Hasil pencatatan dan pelaporan KIA di Puskesmas Onembute tahun 2014, menunjukkan dari 138 ibu bersalin 100% dilakukan oleh tenaga kesehatan di Fasilitas Kesehatan / Puskesmas. Cakupan ini diatas melamapui target yang telah ditetapkan sebesar 90%.

Persentase Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi
Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Puskesmas Onembute tahun 2014 sebanyak 1.078 PUS, dengan persentase peserta KB baru 161 PUS ( 14,9% ) meliputi kontrasepsi MKJP dan Non MKJP seperti: IUD, MOP / MOW, Implant, Suntik, Pil, dan Kondom.
Persentase Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi
Peserta KB Aktif di Puskesmas Onembute tahun 2014 masih dominan 752 PUS (70,9%) pada pemakaian alat kontrasepsi Non MKJP meliputi ; Suntik 42,5%, Pil 34,8% dan Kondom 6%. Sedangkan pemakaian alat kontrasepsi MKJP hanya 5% ( IUD 0,47%, MOP/MOW 0,37% dan Implant 4,15% ).
 Namun demikian secara keseluruhan jumlah peserta KB aktif Puskesmas Onembute pada tahun 2014 sebanyak 899 PUS atau 83,4%, yang berarti telah melamapaui target yang telah ditetapkan sebesar 75%.


Sumber : Program KIA – KB Pusk. Onembute Tahun 2014


Persentase Desa yang Mencapai “Universal Child Immunization” (UCI)

Program pencegahan penyakit sebagai upaya pelayanan kesehatan dasar yang strategis dalam mencegah timbulnya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), seperti TBC, Diphteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Campak dan Hepatits B. Dalam hal ini pemerintah mengharapkan 100% desa mencapai UCI. Indikator yang digunakan dalam menetapkan UCI adalah:
• Cakupan BCG, DPT1, Polio1 dan Hepatitis B1 minimal 90%
• Cakupan DPT2, Polio2 dan Hepatitis B2 minimal 85%
• Cakupan DPT3, Polio3 dan Heptitis B3 80%
• Cakupan Polio4 dan campak minimal 80%.


 Sumber : Program Imunisasi Tahun 2014
Persentase cakupan UCI di Puskesmas Onembute tahun 2014 dengan jumlah sasaran imunisasi sebesar 120 bayi. sedangkan jumlah sasaran Desa/Kelurahan sebanyak 12 Desa/Kelurahan, dengan persentase Desa/Kelurahan UCI sebesar 100%.

Persentase Cakupan Imunisasi Bayi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain. Karena itu Imunisasi harus diberikan secara lengkap.
Hasil pencatatan dan pelaporan programer Imunisasi menunjukkan bahwa persentase cakupan pemberian imunisasi pada bayi di Puskesmas Onembute tahun 2014 jumlah sasaran imunisasi bahwa jumlah sasaran sebesar 120 bayi. Cakupan imunisasi BCG sebesar 100,8%, imunisasi DPT-HB1 sebesar 97,5%, Imunisasi DPT-HB3 sebesar 100%, Polio 3 sebesar 95,8% dan Imunisasi Campak sebesar 100%.

Sumber : Program Imunisasi Tahun 2014

Persentase Balita Mendapat Vitamin A 2 Kali
Kekurangan Vitamin A merupakan satu dari masalah yang paling penting yang menimpa anak-anak di Indonesia. Vitamin A adalah nutrisi penting yang dibutuhkan bagi kesehatan mata, penglihatan dan kekebalan tubuh. Anak-anak yang tidak mendapatkan cukup vitamin A akibat diet normal dimungkinkan akan mengalami kekurangan vitamin A sehingga menimbulkan beberapa penyakit, menyebabkan kebutaan dan mengakibatkan kematian.
Pemberian Vitamin A 2X dengan jumlah sasaran 616 Anak Balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Onembute tahun 2014. Jumlah Anak Balita yang mendapatkan vitamin A 2 kali 561 Anak Balita atau (93%) dari jumlah Balita.

Persentase Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
Pemerintah Kabupaten Konawe khususnya Dinas Kesehatan telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah gizi yang ada di masyarakat dengan berbagai macam program kerja dalam menurunkan status gizi kurang dan gizi buruk. Hal ini merupakan problema khusus yang sangat serius, untuk itu melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe telah berupaya dengan berbagai program untuk menangani maslah tersebut dengan memberikan bantuan berupa Program Makanan Tambahan (PMT), Susu, MP-ASI, dan masih banyak lagi program yang berhubungan dengan perbaikan gizi masyarakat.
Selama tahun 2014, di wilayah kerja Puskesmas Onembute ditemukan adanya 1 kasus gizi buruk dan telah mendapat perawatan serta pemberian makanan tambahan pemulihan selama 90 hari makan anak dengan menggunakan dana BOK Puskesmas Onembute Tahun 2014.
Persentase Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet Fe
Pemberian tablet Fe1 dan Fe3 pada ibu hamil tentunya harus ada singkronisasi dengan kunjungan bumil K1 dan K4.
Hasil pencatatan dan pelaporan KIA Puskesmas Onembute tahun 2014 jumlah sasaran ibu hamil 134 orang dengan cakupan pemberian Fe.1 sebesar 132 bumil atau 98,51% dan Fe.3 sebesar 136 atau 101,49%.

Persentase WUS yang Mendatkan Imunisasi TT
Hasil cakupan pemberian Imunisasi TT pada ibu hamil menunjukkan bahwa cakupan Ibu hamil yang mendapat TT1 sebesar 112 atau (83,6%), dan TT2 sebesar 105 atau (78,4%) dengan jumlah sasaran ibu hamil berjumlah 134 bumil.

Ibu Hamil Dan Resiko Tinggi Yang Dirujuk
Dalam memberikan pelayanan oleh bidan di desa dan Puskesmas beberapa ibu hamil di antaranya tergolong dalam kasus risiko tinggi (RISTI) dan memerlukan pelayanan kesehatan rujukan. Selama tahun 2014 di wilayah kerja Puskesmas Onembute ditemukan sebanyak 12 ibu hamil risti yang mendapatkan rujukan, sedangkan ibu hamil risti komplikasi yang ditangani selama tahun 2014 di Puskesmas Onembute sebesar 48 (179%) kasus, sementara yang ditargetkan hanya 27 kasus.

Neonatal Risti & Bumil Komplikasi yang Ditangani
Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang mempunyai risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal 2 kali, satu kali pada umur 0-7 hari dan satu kali lagi pada umur 8-28 hari. Persentase pelayanan neonatal risti/komplikasi yang ditangani sebesar 9 (44,4%) dari 20 kasus yang telah ditargetkan. Upaya pelayanan yang dilaksanakan oleh bidan / petugas kesehatan adalah dengan melakukan pemeriksaan kesehatan bayi dan melakukan konseling perawatan bayi dan ibu.

Persentase Bayi yang Mendapat ASI Ekslusif
ASI (Air Susu Ibu) merupakan makanan terbaik bagi bayi karena mengandung zat gizi paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, karena itu untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal ASI perlu diberikan secara eksklusif sampai umur 6 (enam) bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2 (dua) tahun.
Data pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Onembute tahun 2014 dengan jumlah keseluruhan bayi (0 – 6 bulan) sebesar 115 bayi, sedangkan persentase pemberian ASI Ekslusif hanya 79 bayi (68,7%).
B.2 AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN
1. Cakupan Rawat Jalan dan Rawat Inap

Angka kesakitan di Negara-negara berkembang khususnya Indonesia menunjukkan angka lebih tinggi hal ini disebabkan oleh adanya faktor intrinsik, yaitu antara lain karena adanya gaya hidup yang tidak teratur dan berperannya faktor lingkungan.
Cakupan rawat jalan di sarana kesehatan yang ada di Puskesmas Onembute tahun 2014 jumlah kunjungan keseluruhan sebesar 7.410 pasien.

B.3 PERILAKU HIDUP MASYARAKAT

 1. Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS
Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2007 mengumpulkan 10 indikator tunggal Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang terdiri dari enam indikator individu dan empat indikator rumah tangga. Indikator individu meliputi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi 0-6 mendapat ASI eksklusif, kepemilikan/Ketersediaan jaminan Pemeliharaan kesehatan, penduduk tidak merokok,  penduduk cukup  beraktifitas fisik  dan  penduduk cukup mengkonsumsi sayur dan buah. Indikator Rumah Tangga meliputi  rumah tangga memiliki akses terhadap air bersih, akses jamban sehat, kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni (≥8m2/orang) dan rumah tangga dengan lantai rumah bukan tanah.
Secara nasional, penduduk yang telah memenuhi kriteria PHBS baik sebesar 38,7%. Terdapat lima propinsi dengan pencapaian di atas angka nasional yaitu DI Yogyakarta (58,2%), Bali (51,7%), Kalimantan Timur (49,8%), Jawa Tengah (47%), dan Sulawesi Utara (46,9%). Sedangkan propinsi dengan pencapaian PHBS rendah berturut-turut adalah Papua (24,4%), Nusa Tenggara Timur (26,8%), Gorontalo (27,8%), Riau (28,1%) dan Sumatera Barat (28,2%).
Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS di Puskesmas Onembute tahun 2014 menunjukkan dari jumlah rumah tangga yang dipantau 773 atau 42% diketahui bahwa jumlah rumah tangga yang ber-PHBS hanya sebanyak 182 rumah tangga atau 23,5%.

Persentase Posyandu Aktif
Posyandu adalah salah satu wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan, khususnya kesehatan denagn menciptakan kemampuan untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Posyandu bertujuan meningkatkan derajat kesehatan ibu, bayi, balita dan masyarakat. Dalam posyandu terdapat berbagai macam program yang dilaksanakan seperti: Imunisasi, pemeriksaan Kesehatan balita setiap bulannya, Keluarga Berencana, Pemantauan Gizi Balita, dan Penanggulangan diare. Tingkat kemajuan posyandu tergantung dari partisipasi masyarakat dalam mengembangkan dan mengelola posyandu. Selain itu kegiatan- kegiatan yang dilakukan setiap bulannya.
Persentase Posyandu aktif di Puskesmas Onembute tahun 2014 sebanyak 2 buah (15,4%) Posyandu Pratama, 2 buah (15,4%) Posyandu Madya, 5 buah (38,5%) Posyandu Purnama dan 4 buah (30,8%) Posyandu Mandiri.

B.4 KEADAAN LINGKUNGAN

1. Persentase Rumah Sehat
Dalam penilaian PHBS ada dua macam rumah tangga, yaitu rumah tangga dengan balita dan rumah tangga tanpa balita. Untuk rumah tangga dengan balita digunakan 10 indikator, sehingga nilai tertinggi adalah 10; sedangkan untuk rumah tangga tanpa balita terdiri dari 8 indikator, sehingga niiai tertinggi delapan (8). PHBS diklasifikasikan 'kurang' apabila mendapatkan nilai kurang dari enam (6) untuk rumah tangga mempunyai nilai kurang dari lima (5) untuk rumah tangga tanpa balita.
Persentase rumah tangga sehat yang ada di Puskesmas Onembute tahun 2014 seluruhnya sebanyak 665 (70%) dari 950 atau 60,4% rumah yang dipantau yang tersebar di 12 Desa.

2. Persentase Rumah/Bangunan bebas jentik nyamuk Aedes
Secara Nasional, pada tahun 2003 telah dilaksanakan survei vektor pada 8 Kota / Kabupaten yaitu; Deli Serdang, Bunyuasin, Minahasa, Maros, Kota Padang, Balikpapan, Kupang dan Jayapura. Hasil menunjukkan bahwa Container Indeks Positif (Jentik) untuk rumah yang strata sebesar 15,8%, sedangkan untuk rumah yang tidak strata Container Indeks Positif sebesar 23,06%. Container Indeks Positif Tempat-Tempat Umum sebesar 24%.
Hasil pengumpulan data programer Kesehatan Lingkungan (Kesling) Puskesmas Onembute tahun 2014, dengan rutinitas kerja bakti massal dan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN) setiap hari jumat pada sarana umum, sekolah, dan lingkungan pemukiman penduduk yang dilakukan oleh masyarakat dan petugas Sanitasi menunjukkan hasil pengamatan jentik sebesar 744 (78,2%) rumah/bangunan yang bebas jentik dari 950 rumah/bangunan yang diperiksa.

Keluarga dengan sumber air minum terlindung
Sehari-hari, kita memerlukan air untuk minum, mandi, cuci, masak dan sebagainya. Sedangkan keberadaan sanitasi yang bersih sdan sehat juga tidak bisa dianggap remeh keberadaannya. Sayang, tidak semua orang bisa mengakses air bersih dan mendapatkan sanitasi yang memadai untuk kebutuhan hidup. Air yang notabene nya diciptakan Tuhan, dikelola oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk rakyat, rupanya saat ini telah menjadi barang mahal saja. Jika kita lihat, masih banyak orang yang harus merogoh kocek dalam hanya untuk mendapatkan satu liter atau se-jerigen air. Selain itu, banyak daerah di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia masih mengalami kesulitan untuk memperoleh air.
Pengelolaan air perlu memperhatikan aspek teknis yang akan mempengaruhi kuantitas air. Apabila kuantitas air berkurang maka akan mempengaruhi kualitas penggunaan air yang pada akhirnya akan menimbulkan dampak penyakit bagi masyarakat dan keluarga.
Dari 1.838 keluarga yang ada di wilayah kerja Puskesmas Onembute pada tahun 2014 telah dilakukan pemantauan terhadap 1.085 (60%) keluarga, yang menunjukkan umumnya (100%) keluarga memiliki akses terhadap Air Bersih, dengan rincian menggunakan Ledeng 68,6%, Sumur Gali 28,4% dan Sarana Lainnya seperti Sumur Pompa Listrik 3%.

4. Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya
Upaya pembinaan kesehatan lingkungan dilakukan terhadap instansi dalam menjaga lingkungannya yang di lakukan secara berkala. Upaya yang dilakukan mencakup pemantauan dan pemberian rekomendasi terhadap aspek penyediaan fasilitas sanitasi dasar (air bersih dan jamban), pengolahan sampah, sirkulasi udara, dan pencahayaan.
Jumlah Instititusi yang dibina kesehatannya di wilayah Puskesmas Onembute pada tahun 2014 sebanyak 33 (71,7 %) institusi.


C. SUMBER DAYA KESEHATAN
Upaya kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna bila kebutuhan sumber daya kesehatan dapat terpenuhi. Dalam Bab ini gambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan dapat dikelompokkan dalam sajian data informasi mengenai sarana kesehatan, tenaga dan pembiayaan kesehatan.

C.1 SARANA KESEHATAN

Sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Onembute berupa Puskesmas Induk dengan status rawat jalan, Puskesmas Pembantu, Poskesdes dan Polindes. Puskesmas Induk terletak di desa Onembute yang juga merupakan ibukota Kecamatan Onembute, sedangkan Pustu, Poskesdes dan Polindes tersebar di beberapa desa.
Dari segi jumlah, sarana kesehatan yang ada ( Pustu / Poskesdes / Polindes ) belum memadai. Demikian juga dari segi kwalitas atau keadaan bangunan, kebanyakan masih memprihatinkan.
Untuk bangunan Puskesmas Induk keadaannya sudah lebih baik karena pada tahun 2009 telah dialokasikan bangunan baru, demikian halnya dengan bangunan Poskesdes selama 4 tahun terakhir Dinas Kesehatan telah membangun 4 buah Poskesdes di wilayah kerja Puskesmas Onembute, dan yang tak kalah pentingnya Dinas Kesehatan telah merubah status Puskesmas Onembute menjadi Puskesmas mampu Poned sejak tahun 2012 dengan melengkapi berbagai fasilitas yang dibutuhkan.

Tabel 5
Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Desa
di Kecamatan Onembute, Tahun 2014
No
SARANA KESEHATAN
Nama Desa
JUMLAH



Onembute
TriMulya
Naposi
Silea
UluMeraka
MataIwoi
Kumapo
Kasumeia
Tawapandere
Ulu Onembute
Anggaloosi
Ana Onembute


1
Puskesmas Induk
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1

2
Pustu
-
1
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
2

3
Poskesdes
-
-
-
1
-
1
-
1
-
-
1
-
4

4
Polindes
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0


JUMLAH
1
1
-
1
1
1
-
1
-
-
1
-
7


Sumber : Monografi Puskesmas Onembute



Selain sarana kesehatan yang dibangun pemerintah, di desa-desa terdapat juga partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan berupa Posyandu 13 buah dengan jamlah kader Posyandu 74 orang, Pos Usaha Kesehatan Kerja dengan jumlah kader 5 orang. Partisipasi masyarakat dibidang kesehatan ini harus terus ditingkatkan mengingat keaktifannya masih sangat kurang. Pelaksanaan Posyandu yang sekali sebulan masih minim kegiatan. Kemampuan kader belum memadai dan keaktifannya di Posyandu tidak dapat dipastikan. Disamping itu, sarana penunjang guna kelancaran pelaksanaan Posyandu masih jauh dari yang diharapkan. Kebanyakan posyandu tidak memiliki peralatan seperti meja dan kursi serta peralatan lainnya. Pada hari pelaksanaan Posyandu para kader harus selalu sibuk meminjam fasilitas Balai Desa yang juga masih sangat kurang.
Berikut ini beberapa Sarana Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang tersedia di Kecamatan Onembute tahun 2014.

Tabel 6
Jumlah UKBM Menurut Desa
di Kecamatan Onembute, Tahun 2014
No
UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT
( UKBM )

Nama Desa
JML



Onembute
TriMulya
Napoosi
Silea
UluMeraka
MataIwoi
Kumapo
Kasumeia
Tawapandere
Ulu Onembute
Anggaloosi
Ana Onembute


1
Posyandu
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
13

2
Pos UKK
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
1

3
Pos Obat Desa
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0

4
Posyandu Lansia
-
-
-
1
-
-
-
1
-
-
-
-
2

5
SD dgn dokter kecil
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0


JUMLAH
1
1
1
2
1
2
2
2
1
1
1
1
16


 Sumber : Data PSM Puskesmas Onembute

C.2 TENAGA KESEHATAN
Dalam pembangunan kesehatan diperlukan berbagai tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan upaya melaksanakan upaya kesehatan dengan paradigma hidup sehat, yang mengutamakan upaya peningkatan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pengadaan tenaga kesehatan di laksanakan melalui upaya pendidikan dan pengembangan tenaga kesehatan melalui pelatihan oleh pemerintah maupun masyarakat.
Samapi dengan akhir tahun 2014, Tenaga Kesehatan Puskesmas Onembute masih terbilang sangat kurang terutama tenaga keperawatan, tenaga farmasi dan tenaga administrasi dan tenaga S1 Kesmas (Epidemiologi, AKK dan Biostatistik), data selengkapnya pada Gambar 10 berikut ini :



Sumber : Subag TU Pusk. Onembute Tahun 2014


C.3 PEMBIAYAAN KESEHATAN

Besarnya pembiayaan kesehatan yang proporsional sesuai dengan bidang tugas dan kewajibannya diperlukan untuk menjamin terselenggaranya upaya pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil, merata dan terjangkau. Hal ini juga dikaitkan dengan upaya peningkatan akses pelayanan kesehatan bagi keluarga mendapat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) baik bagi Penerima Bantuan Iuran (PBI) maupun non PBI.
Puskesmas Onembute sendiri melalui program Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Tahun Anggaran 2014 mendapatkan dana sebesar Rp. 102.000.000,- dengan alokasi dana terbesar berada program KIA dengan presentase dana sebesar 27,31% dan alokasi dana terkecil adalah program P2P 11,59% dan program Kesling sebesar 7,41%.
Sedangkan untuk dana Kapitasi JKN – BPJS total anggaran yang diterima sebanyak Rp. 216.670.000,- dan Non Kapitasi sebesar Rp. 54.225.000,- serta bantuan APBD (Operasional Puskesmas) sebesar Rp. 48.000.000,-. Bila dipersentasekan maka pembiayaan Puskesmas Onembute pada tahun 2014 sebagian besar (88,6%) bersumber dari dana pusat, sedangkan APBD sebesar 11,4%.
Persentase pembiayaan Puskesmas selengkapnya dapat dilihat pada gambar 11 sebagai berikut :

     

Sumber : Laporan Keuangan Puskesmas Onembute Tahun 2014

Secara umum alokasi pembiayaan sektor kesehatan pada masa mendatang perlu mendapatkan porsi yang lebih besar dibandingkan dengan kondisi sekarang, hal ini juga sesuai dengan rekomendasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) yakni minimal 5% dari PDRB. Besarnya pembiayaan kesehatan yang proporsional sesuai dengan bidang tugas dan kewajibannya diperlukan untuk menjamin terselenggaranya upaya pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil, merata dan terjangkau. Hal ini juga dikaitkan dengan upaya peningkatan akses pelayanan kesehatan melalui program Jaminan Nasional (JKN), Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), serta bantuan APBD (Operasional Puskesmas).



















Situasi dan kondisi sektor kesehatan hingga tahun 2014 telah memperlihatkan seberapa jauh perubahan dan perbaikan keadaan kesehatan yang telah dicapai menunjukkan kekurangan dan kelebihan dari upaya-upaya kesehatan yang dilaksanakan yang tentunya juga tidak terlepas dari kontribusi lintas sektor terkait pada sisi output nampak bahwa perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat masih rendah. Sementara pada sisi input masih terdapat beberapa kriteria dari pelayanan kesehatan, manajemen kesehatan dan sumber daya kesehatan yang masih jauh dari target baik Indonesia Sehat 2014 maupun Konawe Sehat 2014, SPM bidang kesehatan maupun MGDs, dengan demikian kontribusi lintas sektor terkait seperti pendidikan, dimana jumlah pendidikan rendah dan pendidikan tinggi masih dibawah angka standar Nasional, masih rendahnya pelayanan KB dan juga penggunaan air bersih.
Gambaran tersebut merupakan fakta yang harus dikomuniaksikan, baik kepada para pimpinan dan pengelola program kesehatan maupun lintas sektor dan masyarakat di daerah yang didiskripsikan melalui data dan informasi, apalagi dalam era desentralisasi pengumpulan data dan informasi dari Puskesmas Pembantu (Pustu), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), dan Pondok Bersalin Desa (Polindes) menjadi relatif lebih sulit. Hal ini berimplikasi pada kualitas data dan informasi yang disajikan dalam profil Kesehatan Puskesmas Onembute. Disamping itu, dalam mencermati capaian setiap indikator masih perlu penataan yang lebih maksimal lagi khususnya dalam menggunakan pendekatan-pendekatan statistik seperti dengan menggunakan proksi yang tepat dan jelas untuk numerator dan denominator masing-masing indikator.
 DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Konawe ;Konawe Dalam Angka Tahun 2010. BPS Kab.Konawe 2011.
BKKBN, Depkes RI ; Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2005.
BKKBN.,2011., Laporan dan Cakupan Pelayanan Keluarga Berencana. BKKBN Kabupaten Konawe.
Badan Perencanaan Pembangunan dan Penanaman Modal Daerah (BP3MD) Kabupaten Konawe. Renstra Kab.Konawe 2011. Unaaha.
Depkes RI, Keputusan Menteri Kesehatan 2004. Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Pusat Data Dan Informasi., 2004
Depkes RI, Profil Kesehatan Indonesia 2005. Menuju Indonesia Sehat 2011. Pusat Data Dan Informasi, 2005
Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe. Profil Kesehatan Kabupaten Konawe. Unaaha 2013.
Kementerian Kesehatan RI, Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten / Kota, Pusat Data dan Informasi, 2011
Puskesmas Onembute ; Laporan BOK Tahun 2014. Puskesmas Onembute. Kabupaten Konawe
Puskesmas Onembute ; Laporan Program Gizi Tahun 2014. Puskesmas Onembute. Kab. Konawe
Puskesmas Onembute ; Laporan Program Imunisasi Tahun 2014. Pusk. Onembute. Kab. Konawe
Puskesmas Onembute ; Laporan Keuangan Tahun 2014. Puskesmas Onembute. Kab. Konawe
Puskesmas Onembute ; Laporan Program Kesling Tahun 2012. Puskesmas Onembute. Kab. Konawe
Puskesmas Onembute ; Laporan Program KIA Tahun 2014. Puskesmas Onembute. Kab. Konawe
Puskesmas Onembute ; Laporan MDGs Tahun 2014. Puskesmas Onembute. Kab. Konawe
Puskesmas Onembute ; Laporan Program P2P Tahun 2014. Puskesmas Onembute. Kab. Konawe
Puskesmas Onembute ; Laporan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Tahun 2012. Puskesmas Onembute. Kabupaten Konawe
Puskesmas Onembute ; Profil Puskesmas Onembute Tahun 2013. Puskesmas Onembute. Onembute Kabupaten Konawe
Puskesmas Onembute ; Profil Puskesmas Onembute Tahun 2012. Puskesmas Onembute. Onembute Kabupaten Konawe













Jumat, 07 Maret 2014

PELAKSANAAN KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS ONEMBUTE - KABUPATEN KONAWE – SULAWESI TENGGARA



Sebelum tahun 2010 di Wilayah Puskesmas Onembute Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara, kematian ibu dan bayi masih terbilang sangat tinggi. AKI mencapai 833 / 100.000 KH dan AKB 42 / 1000 KH, melampaui angka nasional. Pada saat itu penanganan ibu hamil dan persalinan di Wilayah Puskesmas Onembute di dominasi oleh dukun bersalin, mereka lebih didengar dan dipercaya dibanding oleh bidan desa.  Komunikasi antara dukun dan bidan bahkan dengan tenaga kesehatan lainnya tidak terjalin dengan baik, dan bidan juga dianggap sebagai saingan oleh dukun.
Pada bulan Juli 2010 terjadi kasus perdarahan hebat pada salah satu ibu bersalin yang ditangani dukun bersalin, yang akhirnya juga mereka meminta pertolongan pada bidan desa yang selanjutnya di rujuk ke RSUD Konawe. Dalam proses penanganan dan rujukan kasus tersebut menyita banyak waktu, karena selain bidan menolong,  bidan di desa juga harus berusaha menghubungi Kepala Puskesmas, dokter dan sopir ambulans. Sehingga waktu dibutuhkan mulai dari penjemputan ke rumah pasien sampai tiba ke RSUD membutuhkan waktu ± 2 jam.
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka dianggap perlu untuk melakukan pendekatan khusus dan kemitraan bidan dan dukun  dalam penanganan ibu hamil dan persalinan.

TUJUAN :
1.        Menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Kecamatan Onembute Kabupaten Konawe.
2.        Meningkatkan kemitraan bidan dan dukun bersalin di Kecamatan Onembute yang ditandai dengan meningkatnya jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan dan  jumlah dukun bersalin yang bermitra.

HASIL- HASIL :
Dampak kegiatan kemitraan ini yaitu terjadinya peningkatan secara bermakna jumlah persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan, bahkan sejak bulan Maret 2011 semua persalinan dilakukan di fasilitas kesehatan (Puskesmas Induk) oleh tenaga kesehatan bersama dengan dukun bayi.
Kemitraan Bidan dan dukun bayi di Kecamatan Onembute sudah dapat dikatakan lestari dan langgeng, hal ini juga dibuktikan dengan adanya kebersamaan mereka yang membentuk PERKUMPULAN DUKUN BAYI KECAMATAN ONEMBUTE, dimana mereka menunjuk Kepala Puskesmas sebagai Ketua Perkumpulan Dukun dan menunjuk 1 orang dukun sebagai DUKUN KOORDINATOR.  Untuk menjaga kelestarian kemitraan Bidan dan Dukun Bayi maka “Ketua Dukun” (NB. Kapus juga) menjadwalkan pertemuan berkala Bidan dan Dukun Bayi.  Pada awalnya pertemuan rutin bidan dan dukun dilaksanakan di Puskesmas setiap 6 bulan sekali, namun di tahun 2014 direncanakan pertemuan rutin bidan dukun tersebut akan dilaksanakan setiap 3 bulan sekali.

LESSON LEARN :
Kegiatan kemitraan ini berhasil karena adanya dukungan dan upaya dari berbagai pihak antara lain :
1.       Seluruh personil Puskesmas Onembute khususnya semua bidan desa ditugaskan untuk melakukan pendekatan kekeluargaan pada semua dukun bayi yang ada.
2.        Kepala Puskesmas melakukan kunjungan ke rumah – rumah dukun  bayi setiap minggu dengan tujuan untuk menciptakan keakraban dan kekeluargaan antara Kapus, Nakes dan keluarga dukun.
3.       Tanggal 8 Nopember 2010, melalui Rapat Koordinasi Tingkat Kecamatan Onembute  yang di hadiri oleh Camat, PKK, Puskesmas, Instansi lintas sektoral kecamatan, Kepala Desa,  Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama disepakati bahwa persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas dengan mengikutkan dukun bersalin.
4.        Awal  bulan Desember  tahun 2010 dilakukan pertemuan koordinasi dengan agenda kebijakan kemitraan dukun bayi dan persalinan puskesmas yang dihadiri oleh Camat, PKK dan para Kepala Desa dan beberapa perwakilan dukun bersalin se-Kecamatan Onembute dengan kesepakatan :
-            Semua penanganan persalinan harus  dilakukan di puskesmas induk
-            Setiap persalinan harus dilakukan bersama bidan dan didampingi dukun bersalin.
-            Bagi Dukun Bersalin yang membawa ibu hamil yang akan melahirkan di Puskesmas diberikan biaya transport yang dianggarkan melalui kebijakan Puskesmas.
-            Setiap Ibu hamil yang bersalin di Puskesmas dibebaskan dari pembayaran / gratis
-            Persalinan di rumah dikenakan denda pada bidan desanya  sebesar Rp. 200.000,-  dan pasien tidak digratiskan
-            Bila dukun yang lebih dahulu dipanggil oleh ibu yang akan bersalin, maka dukun wajib menghubungi bidan
-            Sebaliknya bila bidan yg lebih dahulu dipanggil oleh ibu yang akan bersalin, maka bidan wajib memanggil dukun.
-            Bagi dukun yang bermitra diberikan biaya  transport, pulsa  serta mendapatkan insentif yang disisipkan dari pembagian jasa / pendapatan puskesmas
-          Kerja sama / Kemitraan  Tenaga Kesehatan  Puskesmas Onembute / Bidan dengan Dukun Bayi di Kecamatan Onembute mulai berlaku  tanggal 8 Desember 2010.
5.      Pertemuan selanjutnya antara Kapus, para Kepala Desa dan Bidan Desa disepakati bahwa transportasi Ibu hamil yang akan bersalin menggunakan mobil ambulans puskesmas, dan sebagai langkah awal Kepala Puskesmas Onembute menargetkan bahwa setiap desa harus ada 1 orang ibu hamil yang ditangani di Puskesmas Induk.
6.       Mulai tanggal 30 Maret 2011 sampai sekarang persalinan yang dipusatkan di Puskesmas induk yang dilaksanakan dan dipimpin oleh Tenaga Kesehatan bersama dengan dukun bersalin.